Soloraya
Kamis, 7 Juni 2012 - 16:40 WIB

KEBOCORAN PAD Dikritik Dewan

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Objek Wisata Mata Air Cokro (OMAC) di Kecamatan Tulung, Klaten (Muhammad Khamdi/Espos/dok)

Objek Wisata Mata Air Cokro (OMAC) di Kecamatan Tulung, Klaten (Muhammad Khamdi/Espos/dok)

KLATEN--Kalangan pimpinan fraksi DPRD Klaten mengkritik adanya kobocoran pendatapan asli daerah (PAD) yang mengakibatkan tidak maksimalnya pemasukan ke kas daerah.

Advertisement

Realisasi PAD pada 2011 lalu mencapai Rp72,2 miliar. Capaian PAD pada 2011 itu mengalami peningkatan mengingat realisasi pada 2010 lalu mencapai Rp54,8 miliar.

Ketua Fraksi Gerakan Pembangunan Bangsa (FGPB), Muslim Fadhil, mengatakan seharusnya realisasi PAD bisa lebih maksimal jika tidak ada kebocoran. Beberapa kebocoran PAD itu bisa dilihat dari setoran retribusi pasar, parkir, sampah, dan sumber pendapatan lain.

“Lantai II Pasar Delanggu terus menerus dibiarkan kosong. Otomatis tidak ada retribusi yang masuk. Retribusi Pasar Pedan ada kekurangan senilai Rp171,5 juta. Ini menandakan pemanfaatan aset dan pengawasan di lapangan kurang maksimal,” tegas Muslim dalam Sidang Paripurna dengan agenda Pemandangan Umum Fraksi tentang Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun 2011 di Gedung DPRD Klaten, Kamis (7/6/2012).

Advertisement

Tidak maksimalnya setoran PAD dari Objek Wisata Mata Air Cokro (OMAC) juga menjadi sorotan Muslim Fadhil. Menurut Muslim, PAD dari OMAC tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk membangun wahana permainan air atau waterboom senilai lebih dari Rp15 miliar. Muslim juga menyoroti belum masuknya potensi PAD senilai Rp73.666.870 dari Politeknik Manufaktur Ceper dan Yayasan Indonesia Baru. “Yayasan Indonesia baru tidak mematuhi kerja sama yang disepakati bersama Pemkab Klaten,” ujar Muslim.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif