SOLOPOS.COM - Hamparan kebun teh Desa Kemuning, Karanganyar, yang merupakan desa wisata terbaik se-Indonesia kategori digital. (Istimewa)

Solopos.com, KARANGANYAR — Ngargoyoso kini menjelma menjadi destinasi wisata favorit di Kabupaten Karanganyar setelah Tawangmangu. Pariwisata di kecamatan yang memiliki tujuh desa ini berkembang pesat dalam beberapa tahun belakangan. Pertumbuhan ekonomi pun ikut terdongkrak.

Salah satu ikon wisata dari Ngargoyoso adalah kebun teh Kemuning di Desa Kemuning. Kebun teh ini terhampar seluas sekitar 437 hektare di ketinggian antara 800-1.540 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Berkembangnya kawasan Ngargoyoso sebagai destinasi wisata baru memancing sejumlah pihak untuk berinvestasi mendirikan tempat usaha yang mendukung pariwisata, seperti rumah makan, restoran, hingga resort.

Menurut data BPS di Karanganyar dalam Angka 2023, diketahui jumlah rumah makan di Ngargoyoso bertambah dari 23 unit pada 2021 menjadi 31 unit pada 2022, bertambah delapan unit. Sementara jumlah hotel ada 17 unit, tak ada penambahan di 2022.

Sebuah pertumbuhan meniscayakan adanya perubahan. Seperti halnya di Kemuning. Tumbuhnya tempat usaha-tempat usaha baru menimbulkan masalah baru yakni alih fungsi lahan. Terutama alih fungsi lahan yang dulunya kebun teh menjadi bangunan dan lainnya. hal ini yang sedang disorot salah satunya oleh warga Desa Kemuning.

Membicarakan tentang kebun teh Kemuning, kurang afdol jika tak membahas soal sejarahnya. Kebun teh Kemuning yang kini dikelola oleh PT Rumpun Sari Kemuning awalnya wilayah kekuasan Mangkunegaran. Di era Mangkunagoro IV memerintah, sekitar 1800-an, Kemuning belumlah menjadi perkebunan teh, melainkan kopi.

Wilayah perkebunan Kemuning pertama kali dibuka untuk perkebunan kopi pada tahun 1814 yang terdiri dari 24 daerah bagian (afdeling). Masing-masing afdeling dipimpin oleh seorang administratur berkebangsaan Eropa ataupun Jawa.

Tanaman itu diusahakan oleh para pemegang apanage (tanah jabatan sebagai gaji) di atas tanahnya sendiri. Pada tahun 1862 Mangkunegoro IV menarik kembali tanah-tanah apanage dan menggantikannya dengan uang. Hal ini berdasarkan artikel yang ditulis di puromangkunegaran.com.

Pada saat penarikan kembali tanah-tanah apanage, sebagian tidak dapat diambil oleh Mangkunegaran, karena dana yang terbatas dan sistem sewa tanah yang diberlakukan belum habis jangka waktunya. Termasuk juga wilayah Kemuning tidak semua dapat diambil alih, sebab beberapa apanage disewakan kepada pegusaha swasta Hindia Belanda dengan jangka waktu 50 tahun dan belum habis masa sewanya.

Jadi Kebun Teh

Ada pengusahan Belanda bernama Waterink Mij yang menyewa tanah apanage tersebut seluast 444 hektare. Oleh si Belanda lahan yang sebelumnya ditanami kopi tersebut diganti menjadi perkebunan teh. Perusahaanya bernama NV Cultuur Mij Kemuning dan dipimpin Johan de Van Mescender Work. Kaum pribumi hanya jadi buruh.

Berdasarkan peraturan yang ditetapkan pemerintah Hindia Belanda tentang sewa-menyewa tanah kerajaan, perkebunan swasta Hindia Belanda dan asing lainnya, dapat menyewa tanah kerajaan dalam jangka waktu 25-70 tahun. Tetapi sebelum habis masa sewanya terjadi pergolakan politik yang menyebabkan para pengusaha Hindia Belanda meninggalkan perkebunan.

Pada masa Swapraja, wilayah Kemuning masuk dalam wilayah Governemen Surakarta. Namun pada 1945-1948, Kemuning dimiliki dan dikelola kembali oleh Mangkunegaran. Sayang, pergolakan politik di 1948-1950 membuat perkebunan teh Kemuning diambil alih Kodam IV Diponegoro. Kemudian ada gerakan nasionalisasi aset menjadikan perkebunan teh Kemuning kini dikuasai oleh Perusahaan Perkebunan Negara. Kini, kebun teh Kemuning dikelola oleh PT Rumpun Sari Kemuning.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya