Soloraya
Rabu, 14 Desember 2016 - 18:40 WIB

KECELAKAAN AIR BOYOLALI : Cegah Korban Lain, Kedung Goro Ditutup Sementara

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Objek wisata alam Kedung Goro di Desa Bolo, Kecamatan Wonosegoro, Boyolali.(Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Kecelakaan air Boyolali, objek wisata Kedung Goro ditutup sementara menyusul adanya korban tenggelam.

Solopos.com, BOYOLALI — Objek wisata Kedung Goro di Desa Bolo, Wonosegoro, Boyolali, ditutup sementara bagi para pengunjung. Hal itu untuk mengantisipasi adanya korban lain di objek wisata air itu akibat aliran sungai cukup kencang di musim penghujan ini.

Advertisement

“Sebenarnya, sudah ada larangan mandi di Kedung Goro. Tapi, banyak anak-anak yang nekat mandi di sana. Padahal, arusnya cukup kencang,” ujar Ketua Karang Taruna Desa Bolo, Sunarso, kepada Solopos.com, Rabu (14/12/2016).

Seperti diketahui, Dedek Solikul Afif, 14, tenggelam di Kedung Goro, Desa Bolo, Kecamatan Wonosegoro, Rabu pukul 10.30 WIB. Korban diketahui sebagai siswa MTs Cekelan Kauman, Kemusu, Boyolali. Hingga pukul 17.00 WIB, korban belum juga ditemukan.

Korban diduga kuat masuk dalam pusaran air di dalam Kedung Goro sedalam 10 meteran. Puluhan petugas penyelamat turun ke lokasi untuk mencari jasad bocah yang kalap tersebut. “Untuk saat ini, Kedung Goro ditutup untuk umum. Saat ini, masih berbahaya bermain di sana,” ujar Carik Desa Bolo, Ratno.

Advertisement

Ratno segera mengumpulkan semua perangkat desa, karang taruna, serta pengelola Kedung Goro menyikapi musibah maut itu. Salah satunya dengan segera menutup sementara objek wisata Kedung Goro sampai batas waktu tak ditentukan. “Kami akan rapat dulu. Yang jelas, Kedung Goro ditutup dulu agar tak menelan korban jiwa lagi,” paparnya.

Kedung Goro terkenal sebagai objek wisata sejak setahun terakhir setelah banyak orang yang mengunggah foto-foto kedung di media sosial. Warga setempat lantas memperbaiki lokasi dan membuka akses bagi para wisatawan lokal. Kedung Goro juga disebut objek wisata alam yang cukup menantang.

Para pengunjung bisa memacu adrenalin dengan menghanyutkan diri atau arum jeram di bebatuan. Jika ingin lebih menantang lagi, pengunjung bisa memanjat tebing bebatuan lalu melompat ke dasar sungai dari ketinggian tujuh meteran. Jika tak cukup nyali, bisa sekadar berfoto dengan latar belakang pemandangan alam yang menggoda mata itu. Bahkan, menurut Narso, tak sedikit para calon pengantin memakai Kedung Goro untuk lokasi pengambilan gambar prewedding.

Advertisement

Menurut Ratno, sejarah terciptanya Kedung Goro diyakini warga setempat sebagai lokasi bekas penggembelengan kesaktian para santri murid Kiai Syam, ulama penyebar Islam di sana. Hal itu dikuatkan dengan masih adanya sebuah petilasan Kiai Syam yang hanya berjarak sekitar 1 km dari Kedung Goro.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif