SOLOPOS.COM - Sejumlah orang memasukkan peti jenazah Wismoyo Ari Prambudi, salah satu pramugara Airasia QZ8501, yang jatuh di Laut Jawa ke dalam liang lahat, Senin (5/1). Lokasi pemakaman berada di di Jetak Lor, Bareng Lor, Klaten Utara, Senin (5/1/2014). (Ayu Abriani/JIBI/Solopos)

Kecelakaan Airasia QZ 8501 membawa duka Indonesia. Salah satu korban tewas yakni pramugara Airasia, Wismoyo Ari Prambudi (Yoyok) warga Klaten. Senin (5/1/2014) jenazah Yoyok dimakamkan.

Solopos.com, KLATEN — Sejumlah orang memasukkan peti jenazah Wismoyo Ari Prambudi, salah satu pramugara Airasia QZ8501, yang jatuh di Laut Jawa ke dalam liang lahat, Senin (5/1/2015). Lokasi pemakaman berada di di Jetak Lor, Bareng Lor, Klaten Utara, Senin (5/1/2015).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Dato Kamarudin Bin Meranum tak bisa menahan kesedihannya saat memberikan sambutan di depan para pelayat. Beberapa kali ia terisak dan menyeka air matanya ketika memberikan sambutan dalam bahasa Melayu.

Dalam sambutannya, Dato yang merupakan pemilik Maskapai Airasia tersebut tak kuasa mengenang Wismoyo Ari Prambudi, 24, salah satu pramugara airasia QZ8501 yang jatuh di Laut Jawa.

 

“Saya tidak bisa berkata apa-apa. Kejadian ini menjadi duka yang mendalam bagi kami. Saat ini masih ada sejumlah anggota kru yang belum ada kepastian. Ucapan belasungkawa ini saya sampaikan mewakili dari puluhan karyawan dari Maskapai Airasia,” kata Dato ketika melayat di rumah duka di Jetak Lor, Bareng Lor, Klaten Utara, Senin (5/1).

 

Menurut Dato, Wismoyo atau yang biasa dipanggil Yoyok itu adalah orang yang ceria. Ia pun merasa kehilangan salah satu pramugara yang dikenal fasih berbahasa Inggris itu.

 

“Semasa hidup, almarhum [Yoyok] adalah orang yang ceria. Semoga rohnya diterima di sisi-Nya,” tuturnya.

 

Serupa yang diungkapkan seorang pilot senior airasia, Kapten Dwi Harso Syah, saat melayat Wismoyo.

 

Dwi mengaku beberapa kali satu kru dengan Yoyok lalu terjalin keakraban karena keduanya sama-sama berasal dari Jawa Tengah. Yoyok berasal dari Klaten dan Dwi berasal dari Solo.

 

“Saya akrab dengan Yoyok karena sama-sama orang Jawa. Saat satu kru saya sering menggoda Yoyok. Cah cilik melu mabur [anak kecil ikut penerbangan]. Tapi, saya akui bahasa Inggrisnya bagus sehingga waktu pendidikan pramugara saya sering memberinya dukungan. Adanya peristiwa itu [kecelakaan pesawat] membuat saya ikut merasa kehilangan,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya