Solopos.com, SOLO — Ratusan pelayat berjalan menuju rumah duka Damar Rivandi, 24, di Kampung Pucang Sawit, RT 002/RW 012, Jebres, Solo, Jumat (23/8/2013). Sebuah kereta roda empat bercat putih memanjang telah ada di sisi jalan yang menuju rumahnya. Dari dalam rumah, samar-samar terdengar seorang pendeta membacakan Alkitab diiringi kidung gereja dari beberapa jemaat.
Setelah menjalani misa pemakaman, sekitar pukul 14.00 WIB keluarga dan para sahabat mengiringi jenazah menuju peristirahatan terakhir di Pemakaman Umum Purwoloyo, Pucangsawit, Jebres, Solo.
Mahasiswa alumnus Program Studi (Prodi) Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, angkatan 2010 ini, berpulang dalam kecelakaan di Kawasan Jurug, Kamis (22/8/2013) malam akibat menabrak Portal jembatan KA yang jatuh ke jalan setelah ditabrak truk pengangkut kain.
Mahasiswa alumnus Program Studi (Prodi) Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, angkatan 2010 ini, berpulang dalam kecelakaan di Kawasan Jurug, Kamis (22/8/2013) malam akibat menabrak Portal jembatan KA yang jatuh ke jalan setelah ditabrak truk pengangkut kain.
Seluruh anggota keluarga terlihat sangat terpukul dengan kejadian ini, salah satunya Mulyono, 44, kakak ipar Damar. Dimata Mulyono, Damar seorang yang pendiam tetapi sangat cekatan. Mulyono menduga Damar sangat cekatan karena telah terbiasa ketika di bangku kuliah.
“Misalnya ketika ada kerusakan, dia langsung memperbaiki,” kenangnya saat ditemui Solopos.com, seusai pemakaman, Jumat.
Mulyono tidak memiliki firasat apapun terkait kepergian Damar. Namujn, tidak dengan Sri Rahayu, istrinya yang juga kakak kandung Damar.
Mulyono menjelaskan sejak beberapa hari terakhir istrinya bermimpi selalu dalam keadaan ingin buang air besar.
“Menurut Orang Jawa, hal ini memiliki arti kita akan kehilangan sesuatu yang berharga,” jelas Mulyono.
Sementara, di mata rekan-rekannya, Damar dikenal sebagai pribadi yang menyenangkan, mudah bergaul, suka menolong dan humoris. Salah satunya diungkapkan Febrianti, teman dekat Damar di Organisasi Pecinta Alam, Garba Wira Buana UNS.
Febrianti mengenang Damar sebagai sosok yang sangat mengutamakan keselamatan ketika mendaki. Damar sangat teliti mengecek perlengkapan dan kesiapan pendakian.
“Dia sangat menghargai proses,” ujar Febri.
Febrianti mengenang sejak beberapa pekan lalu, Damar bercerita sering merasa deg-degan seperti ada hal yang mengganjal di hatinya. Selain itu, seolah tidak rela meninggalkan teman organisasinya, Damar selalu mengirim pesan singkat bernada menghitung hari menuju hari keberangkatannya ke Jakarta.
“Wah, 19 hari lagi ni…, Wah, 5 hari lagi ni…, Bahkan SMS terakhirnya saat kami berada di puncak gunung dia bilang, Ayo pulang!,” ucap Febri mengenang isi SMS Damar.
Damar merupakan anak terakhir dari lima bersaudara pasangan Suyadi dan Sayem (60). Dia meninggalkan ibunda dan keempat kakaknya karena ayahnya juga telah berpulang 5 tahun lalu.
“24 Agustus besok, Damar genap berusia 25 tahun,” tutup Mulyono.