Soloraya
Selasa, 22 Februari 2022 - 17:57 WIB

Kedelai & Minyak Goreng Mahal, Penjual Gorengan Boyolali Coba Bertahan

Nimatul Faizah  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, BOYOLALI — Harga kedelai dan minyak goreng tinggi membuat sejumlah penjual gorengan di Boyolali harus mengatur strategi agar tetap meraup untung. Penjual gorengan di Driyan, Siswodipuran, Boyolali, Suminah Eksan, mengatakan menaikkan harga tahu dan tempe yang dijualnya.

“Ini dulu sebelum minyak dan kedelai naik, tahu bakso saya jual Rp500, kemudian minyak naik jadi Rp700, kemudian sekarang karena harga kedelai dan minyak naik, tahu bakso jadi Rp1.000,” ungkapnya saat dijumpai Solopos.com di warungnya, Selasa (22/2/2022).

Advertisement

Suminah mengungkapkan harga tempe juga ia naikkan. Sebelum harga minyak goreng naik, ungkapnya, harga per potong tempe goreng hanyalah Rp500, sekarang harganya naik menjadi Rp2.000 mendapatkan tiga potong.

Baca juga: Ini Hal-Hal yang Dilarang Dilakukan di Stabelan Boyolali

Advertisement

Baca juga: Ini Hal-Hal yang Dilarang Dilakukan di Stabelan Boyolali

“Harga itu naiknya pas minyak naik, untuk sekarang kedelai naik sementara belum. Sementara masih untung sedikit tidak apa-apa. Kalau nanti teman-teman [penjual gorengan] menaikkan [harga] ya [saya] ikut menaikkan,” kata dia.

Repot Menyesuaikan Harga

Lebih lanjut, Suminah mengaku sebelum harga kedelai naik, dia bisa membeli 10 biji tahu putih dengan uang Rp10.000. Namun, sekarang dengan jumlah uang yang sama, ia hanya mendapatkan sembilan biji.

Advertisement

Suminah berharap pemerintah dapat membantu menurunkan dan menormalkan harga kedelai dan minyak goreng. Ia mengatakan jika harga terus naik, maka penjual juga ikut repot menyesuaikan harga.

Baca juga: Tahu Tempe di Boyolali Kian Mini Gegara Harga Kedelai Tinggi

Sementara itu, penjual soto yang juga menjajakan gorengan di Pasar Sunggingan, Boyolali, Sri Wahyuni mengaku belum terdampak dengan kenaikan harga kedelai. “Saya beli masih harga biasa, sepengetahuan saya ukurannya sama. Tapi kesulitan saat ini itu kelangkaan minyak. Kalau mahal itu masih mending karena bisa dicari, ini saya nyarinya susah. Sudah mahal, nyari juga susah,” ungkapnya.

Advertisement

Yuni mengaku walau terjadi kelangkaan minyak goreng, ia tetap berusaha menstabilkan harga gorengan di warungnya dengan memperkecil ukuran tempe goreng yang dijualnya.

“Kalau kami harga tetap per potong Rp500, tapi saya perkecil. Biasanya satu potong tempe saya bagi tiga, ini saya bagi empat. Kalau untuk menaikkan harga saya kok kurang cocok, nanti pelanggan pada kabur,” jelasnya.

Baca juga: Mandiri Energi ala Warga Kanoman Boyolali dengan Manfaatkan Limbah Tahu

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif