SOLOPOS.COM - Seniman Joko Sri Yono menyelesaikan pembuatan Wayang Beber di Sanggar Naladerma, Baluwarti, Solo, Jumat (3/11/2023). Joko Sri Yono (74) telah menekuni pembuatan Wayang Beber sejak tahun 1959 dengan menggambarkan cerita Panji sebagai upaya pelestarian wayang tertua di Indonesia. (Solopos.com/Joseph Howi Widodo)

Solopos.com, SOLO–Hidup di dalam tembok bagaikan berada di dalam labirin. Ke manapun kita menengok, tembok tinggilah yang mengelilingi kita.

Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh warga Kampung Baluwarti, salah satu kelurahan di Kecamatan Pasar Kliwon Solo yang berada di dalam tembok Keraton Solo. Tidak heran, Baluwarti sendiri berasal dari Bahasa Portugis, Baluarte yang artinya tembok.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Meskipun bagaikan labirin, Baluwarti memiliki keunikan tersendiri. Melewati tembok Keraton Solo, terasa perbedaan dari tekstur jalanan. Di luar tembok, jalanan tersusun dari aspal sementara di dalam Kampung Baluwarti, jalanan terbuat dari batu paving. Otomatis, siapapun akan berkendara lebih pelan saat melewati kampung tersebut.

Agaknya, hal tersebut merupakan salah satu keunikan Kampung Baluwarti. Hiruk pikuk dunia luar tembok Kedathon tidak memengaruhi aktivitas di dalamnya.

Namun, lewat kreativitas, warga mampu hidup berdampingan dengan tembok Kedhaton dan menikmati serta mengoptimalkan kehidupan di Baluwarti hingga membuat kelurahan tersebut menjadi salah satu Kampung Wisata di Solo bersama Kelurahan Laweyan, Kauman, Kemlayan, Keprabon, dan Jayengan.

Dijadikannya Baluwarti sebagai kampung wisata bukanlah keputusan sembarangan. Lurah Baluwarti, Danang Agung Warsiyanto, mengatakan Baluwarti ditetapkan menjadi Kampung Wisata berdasarkan Keputusan Wali Kota Solo Nomor 556/117 Tahun 2023.

“Program ini sudah kami ajukan sejak 2018 karena kami menyadari kami memiliki kekayaan budaya yang sangat banyak. Hal tersebut tidak dipungkiri lahir karena kami merupakan kampung yang terbentuk di area Keraton [Kasunanan Solo] sehingga kami mendapatkan kebudayaan langsung dari mereka,” ujar Danang saat ditemui Solopos.com di kantornya, Jumat (3/11/2023) siang.

Saat ditanya Solopos.com, Danang menjelaskan kesenian yang berkembang di Baluwarti berbeda dengan kesenian kelurahan lainnya. Beberapa kesenian Baluwarti antara lain kerawitan, seni tari, kuliner, wisata sejarah dan hadrah.

Baluwarti sendiri juga menjadi salah satu sentra jamu dan lulur yang dikembangkan oleh Keraton Solo. Danang mengaku akademisi dari berbagai kampus juga banyak meneliti dan mengabdi di Baluwarti sebagai langkah pengembangan kampung tersebut.

Meski begitu, pengembangan dan pembangunan di Baluwarti masih mengalami keterbatasan. Kenyataannya, warga Baluwarti harus berdamai dengan kenyataan hidup sistem Magersari atau meninggali suatu kawasan tanpa memiliki sertifikat tanah.

Sistem tersebut diberikan karena Baluwarti adalah wilayah Keraton yang awalnya ditinggali oleh para Pangeran maupun Prajurit Keraton dan para abdi dalem.

Danang mengatakan masyarakat Baluwarti harus ikhlas rumah-rumah mereka tidak bisa lebih tinggi daripada tinggi Keraton Solo.

Kini, Baluwarti ditinggali oleh masyarakat yang lebih bervariatif dan tidak hanya keturunan abdi dalem Keraton Solo. Namun, pengembangan budaya dan seni di dalamnya masih kental dengan suasana Keraton Solo.

Menurut Danang, masyarakat Baluwarti juga sudah sadar wisata sehingga ramah menerima pengunjung dari luar. Hal tersebut dia nilai sebagai kekayaan kearifan lokal Baluwarti yang tidak tergantikan.

Kearifan lokal Baluwarti berikutnya antara lain bangunan-bangunan bersejarah, keragaman produk budaya meliputi keris dan Tosan Aji, Wayang Beber, rebab, dan busana Jawa.

Seni budaya lokal yang ada di sana antara lain sanggar tari, kerawitan, ketoprak, dan macapat. Selain itu, Baluwarti juga masih memiliki keroncong klasik dan joglo perkusi.

Beberapa event budaya yang ada di Baluwarti antara lain ketoprak Babad Baluwarti yang merupakan bagian dari Babad Keraton, Sendratari Ramayana sebagai cerita Sendratari Khas Solo, dan ada yang belum diangkat yaitu Sendratari Arjuna Wiwaha.

Ketua komunitas sejarah Solo Societeit, Dani Saptoni, merasa Baluwarti sebagai kampung wisata harus dimiliki oleh warga Baluwarti sendiri.

“Harus dimiliki mereka sendiri terutama kesadaran warga dan sekaligus menggali potensi dan mendayagunakannya lebih baik. Ini bisa dilakukan dengan kolaborasi karena sebenarnya warga Baluwarti sudah sangat sadar wisata dan kekayaan budaya mereka,” ujar Dani saat dihubungi Solopos.com, Jumat.

Dani menilai kekayaan budaya Baluwarti berbeda dengan kelurahan lainnya, karena produk budayanya juga berbeda. Kebudayaan Baluwarti juga merupakan produk pakem dari Keraton Solo yang tidak ditemukan di tempat lain. Dia berharap kolaborasi dapat dikembangkan bersama di Baluwarti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya