SOLOPOS.COM - Jalur pedestrian di kawasan Ngarsopuro terlihat telah selesai direnovasi, Senin (28/11/2022). (Solopos/Putut Hartanto)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLO — Kawasan Ngarsopuro yang kini menjadi ikon wisata dan ruang publik bagi warga Kota Solo tak bisa dilepaskan dari perjalanan sejarah Praja Mangkunegaran.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Revitalisasi kawasan Ngarsopuro diharapkan tidak mengubah fungsi maupun bentuk benda dan bangunan cagar budaya (BCB) seperti pasar dan sekolah di sekitarnya.

Wajah baru kawasan Ngarsopuro terlihat jelas dengan banyaknya ornamen dan hiasan di pinggir Jl Diponegoro. Penataan ini dilakukan satu paket dengan penataan koridor Jl Gatot Subroto di sisi selatan dipisahkan Jl Slamet Riyadi Solo.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengelontorkan dana sekitar Rp30 miliar untuk penataan dua koridor tersebut. Hasilnya, koridor Ngarsopuro dan Gatsu kini menjadi lebih cantik dan tertata dengan ruang untuk pedestrian yang lebih lebar.

Hal ini menyedot perhatian warga, tak hanya warga Solo tapi juga pengunjung dari luar Kota Bengawan. Saat berkunjung ke kawasan Ngarsopuro Solo, mereka berfoto dengan latar belakang koridor dan ornamen unik di trotoar jalan.

Dosen Prodi Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Insiwi Febriary Setiasih, mengatakan kawasan Ngarsopuro identik dengan eksitensi Mangkunegaran yang letaknya tepat di ujung jalan.

sejarah kawasan ngarsopuro solo
Sejumlah siswa berjalan kaki di depan pintu gerbang SDN Bromantakan yang dulunya bekas bangunan SMPN 5 Solo di kawasan Ngarsopuro, Solo, Senin (9/1/2023). (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Dalam Babad Solo yang ditulis anggota keluarga Mangkunegaran, dahulu nama jalan di depan gapura Mangkunegaran, yakni Jl Diponegoro. Di sekitarnya, ada pasar tradisional bernama Windu Jenar.

“Sejarah kawasan Ngarsopuro Solo tak bisa lepas dari eksistensi Praja Mangkunegaran. Nama Ngarsopuro sendiri muncul saat Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan pasar malam pada 16 Februari 2009. Banyak BCB peninggalan Mangkunegaran di sekitar kawasan Ngarsopuro,” katanya saat diwawancarai Solopos.com, Senin (9/1/2023).

Insiwi memerinci BCB yang tersebar di kawasan Ngarsopuro di antaranya Pasar Triwindu, bekas gedung SMPN 5 Solo, bekas gedung SMPN 3 Solo, dan SMPN 10 Solo. Bekas gedung SMPN 5 Solo itu kini difungsikan untuk SD Bromantakan 56.

Dahulu, bangunan sekolah itu merupakan cikal bakal berdirinya sekolah Siswo (laki-laki) dan Siwo Rini (perempuan). Kedua sekolah itu didirikan KGPAA Mangkunagoro VI pada 1912.

Bangunan Cagar Budaya

Sekolah Siswo lantas berganti nama menjadi HIS Siswo atau Mangkunegaranse School dengan pengantar bahasa Belanda. Sedangkan bangunan bekas SMPN 3 Solo yang bersebelahan dengan SMPN 10 Solo merupakan cikal bakal sekolah menengah putri pertama di Solo.

Sekolah ini merupakan hasil kerja sama Praja Mangkunegaran dengan Yayasan Vandeventer. “Jadi kawasan Ngarsopuro itu simbol perkembangan modernisasi pada awal abad ke-20. Ada pasar, ada sekolah dan pusat pemerintahan,” ujar dia.

Mengingat tingginya nilai sejarah kawasan Ngarsopuro Solo, Insiwi mengatakan bangunan cagar budaya itu harus dijaga dan dipertahankan. “Ini yang harus digarisbawahi jika ada proyek revitalisasi lanjutan untuk kawasan Ngarsopuro,” ujarnya.

Insiwi menjelaskan bangunan heritage itu bisa menjadi nilai plus ikon wisata di kawasan Ngarsopuro. Bekas bangunan sekolah yang didirikan Mangkunegaran bisa dikelola secara apik untuk menarik wisatawan.

Peralatan sekolah seperti kursi, meja, dan papan tulis yang digunakan siswa sekolah HIS Siswo dan Siswo Rini dikumpulkan di ruangan yang berfungsi sebagai museum.

“Akan lebih baik jika tidak menghilangkan fungsi dan bentuk bangunan cagar budaya. Misalnya, sekolah tetap difungsikan sebagai lembaga pendidikan. Jadi akan lebih menarik karena ada unsur pariwisatanya,” urai dia.

Sementara itu, seorang warga Kelurahan Keprabon, Atmo Suwito, mengatakan Pasar Triwindu berdiri sebelum Indonesia Merdeka, tepatnya pada 1939. Nama Triwindu berasal dari dua gabungan kata yakni tri dan windu.

night market ngarsopuro solo pasar triwindu
Pasar Triwindu di Jl Diponegoro, Solo. (Solopos/Dok)

Dalam bahasa Jawa, tri bermakna tiga dan windu berarti delapan tahun. Nama Triwindu berasal dari tiga windu kenaikan takhta Mangkunagoro VII karena pembangunannya memang untuk memperingati tiga windu pemerintahan Mangkunagoro VII.

Penataan Toko-Toko Barang Elektronik

Dahulu, Pasar Triwindu menawarkan beragam barang bekas dan barang antik yang tidak bisa dijumpai di pasar lain di Kota Solo. Namun, beberapa tahun lalu, para pedagang barang bekas direlokasi ke Pasar Notoharjo di Semanggi, Pasar Kliwon.

“Cerita kakek saya dahulu seperti itu. Dahulu, Pasar Triwindu sangat ramai. Pengunjung datang silih berganti. Mereka mencari barang antik atau barang bekas yang kondisinya masih bagus,” kata dia mengenai sejarah kawasan Ngarsopuro, Solo.

Sebelum dibangun di era Wali Kota Solo Jokowi, bangunan Pasar Triwindu terdiri atas kios-kios beratap rendah. Hal ini unik bagi pengunjung atau turis asing yang memiliki postur tubuh tinggi. Mereka harus merunduk ketika masuk ke dalam kios pasar.

Pada saat bersamaan pada dekade 2000-an, di sepanjang sisi kanan dan kiri Jl Diponegoro masih berupa deretan toko barang-barang elektronik, bahkan sampai ke sisi selatan Jl Ronggowarsito.

Pemkot Solo di bawah kepemimpinan Wali Kota Jokowi kemudian menggagas penataan kawasan Jl Diponegoro, Ngarsopuro, hingga Jl Ronggowarsito sekitar Pura Mangkunegaran.



Pemkot menata deretan toko di kawasan itu dengan memindahkannya ke pasar yang dibangun di sebelah timur Gedung Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) menghadap Jl Ronggowarsito.

Pemkot Solo juga merevitalisasi pasar barang antik Triwindu dan menata koridor Diponegoro supaya bisa menjadi ruang publik. Tak hanya itu, Pemkot menghidupkan koridor itu dengan Night Market Ngarsopuro setiap Sabtu malam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya