SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak korban kekerasan. (Freepik.com).

Solopos.com, WONOGIRI — Kasus kekerasan seksual terhadap anak masih terus terjadi di Wonogiri. Dari awal hingga medio atau pertengahan 2023, tercatat ada 30 anak yang menjadi korban kekerasan seksual di Kota Sukses.

Berdasarkan data yang diperoleh Solopos.com, ada 18 kasus kekerasan dengan jumlah korban 31 anak. Dari jumlah itu, 17 kasus di antaranya merupakan kekerasan seksual dengan jumlah korban 30 anak.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Angka kasus kekerasan anak di Wonogiri pada tujuh bulan awal 2023 ini sudah melebihi setengah dari kasus pada pada 2021 dan 2022. Pada 2021 tercatat ada 30 kasus kekerasan anak dan 25 di antaranya merupakan kekerasan seksual. Sementara pada 2022 ada 20 kasus kekerasan anak dan 18 di antaranya merupakan kekerasan seksual.

Berdasarkan data itu, dari tahun ke tahun kekerasan seksual masih mendominasi dibandingkan jenis kekerasan lain di Wonogiri. Kasus kekerasan anak sulit dihilangkan selama tidak ada dukungan, kesadaran, dan peran aktif dari semua pihak terkait, termasuk masyarakat. Dari tahun ke tahun, kekerasan seksual anak paling mendominasi dibandingkan jenis kekerasan lain.

Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKBP3A) Wonogiri Indah Kuswati mencatat pada Januari-Juli 2023 ada 18 kasus kekerasan anak dengan korban 31 anak.

Mayoritas kasus kekerasan terhadap anak di Wonogiri merupakan kekerasan seksual, yaitu sejumlah 17 dari 18 kasus. Sementara satu kasus lainnya berupa kekerasan psikis terhadap anak. Jumlah anak yang menjadi korban kekerasan seksual itu sebanyak 30 anak. 

“Kasus kekerasan seksual anak yang paling banyak korbannya yaitu kasus pencabulan oleh kepala sekolah dan guru Pendidikan Agama Islam di salah satu MI [madrasah ibtidaiah]. Itu juga yang membuat jumlah korban kekerasan anak melonjak ” kata Indah kepada Solopos.com, Rabu (26/7/2023).

Indah melanjutkan selain kasus pencabulan 12 siswi MI, kekerasan seksual lain pada 2023 ini yang cukup memprihatinkan yaitu kasus pencabulan yang dialami dua anak laki-laki di Kecamatan Girimarto.

Korban yang masih SD itu dilecehkan oleh pria asal Sukoharjo dengan modus mengajak anak tersebut jajan dan diberi minuman keras. “Kasus itu sudah kami tangani,” ucap dia.

Dia juga menyebutkan satu kasus kekerasan psikis terhadap anak di Wonogiri yaitu penelantaran. Anak itu ditelantarkan karena orang tuanya bercerai. Sedangkan anak tersebut ikut dengan sang ayah.

Forum Anak Wonogiri Ikut Khawatir

“Kasus itu berawal dari orang tua yang broken. Ayah-ibunya cerai dan sudah menikah atau berkeluarga lagi. Anak itu ikut dengan ayahnya. Anak itu sudah kami rujuk ke Dinsos [Dinas Sosial] untuk dimasukkan ke lembaga pengasuhan/panti. Ini masih menunggu tindak lanjut dari dinsos,” terang Indah.

Indah mengatakan dinasnya sudah berupaya keras untuk menekan kasus kekerasan seksual. Antara lain dengan bekerja bersama tim penggerak pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga, pemerintah desa, termasuk dengan lembaga pendidikan di Wonogiri.

Tanpa adanya dukungan dan peran aktif masyarakat untuk mencegah kekerasan anak, maka penghapusan kekerasan itu tetap masih sulit tercapai. Masih adanya kekerasan anak ini juga menjadi kekhawatiran Forum Anak Wonogiri.

Ketua Forum Anak Wonogiri, Abit Fadhillah Ramdhani, mengaku merasa prihatin dengan kasus kekerasan anak tersebut. Bahkan ada kasus-kasus kekerasan terjadi di sekolah yang seharusnya benar-benar ruang aman dan nyaman bagi anak.

Dia juga menyebut kadang masih ada kasus-kasus sexual harassment yang terjadi di sekolah. Biasanya anak perempuan yang menjadi korban dan anak laki-laki menjadi pelaku. Kasus itu misalnya anak laki-laki menggoda atau menyentuh bagian tubuh tertentu dari anak perempuan. 

“Kadang itu berawal dari bercanda. Padahal tidak semua anak cewek kan suka disentuh-sentuh sekalipun di pundak, misalnya. Terus masih ada yang cat calling. Pelaku kadang tidak tahu bahwa itu termasuk tindakan pelecehan,” kata Abit.

Dia menambahkan diperlukan kesadaran semua pihak untuk mencegah kekerasan anak dan memberikan ruang aman bagi anak. Menurut dia, anak-anak mempunyai hak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang dengan aman. 

“Mau berapa kali pun sosialisasi, kalau memang tidak kesadaran dari masyarakat, kekerasan terhadap anak ini sulit untuk dihilangkan di Wonogiri,” ujar siswi SMAN 1 Wonogiri itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya