SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi. (JIBI/Harian Jogja/Antara)

Solopos.com, SRAGEN – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sragen berharap kasus pemukulan guru terhadap siswa tak lagi terjadi di Bumi Sukowati. Apa pun alasannya, aksi pemukulan hingga menyebabkan siswa terluka tak dibenarkan.

Sebelumnya, pada Senin (17/11/2014) pagi, sejumlah siswa di SMKN 1 Sambirejo harus dilarikan ke puskesmas setelah kepala mereka dipukul guru Bahasa Jawa di sekolah tersebut.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Alasan pemukulan yakni para siswa tak kunjung merapikan barisan meski sudah diperingatkan melalui pengeras suara. (baca: Ini Kronologi Tragedi Hak Sepatu Guru di Sambirejo)

Ketua PGRI Sragen, Suwardi, menjelaskan mestinya hukuman yang diberikan kepada para siswa tak berlebihan.

“Intinya PGRI tidak memperbolehkan [hukuman dengan pemukulan]. Yang namanya guru harus memperhatikan pendidikan anak. Hukuman yang diberikan harus sesuai metode yang ada,” kata dia saat ditemui wartawan di sela-sela kegiatan peringatan HUT PGRI yang digelar di GOR Diponegoro, Sabtu (22/11/2014).

Terkait kasus pemukulan terhadap siswa itu, dia menjelaskan PGRI bakal kembali menyosialisasikan kode etik guru agar kasus pemukulan tak lagi terjadi.

“Imbauan kami mari bersama-sama jalankan tugas sesuai metode. Hukuman kepada anak tidak perlu melalui kekerasan. Semoga kemarin merupakan kejadian yang terakhir,” katanya.

Sementara itu, Ketua Aliansi Peduli Perempuan Sukowati (APPS) Sragen, Sugiarsi, menegaskan pelaporan terkait kasus tersebut hingga kini masih berlanjut.

Dia menjelaskan beberapa waktu lalu sejumlah siswa masih trauma dan memilih tak masuk sekolah akibat penganiayaan yang dilakukan guru mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya