SOLOPOS.COM - Ratusan warga mendatangi rumah tersangka kasus pengarakan siswi SMP, S di kawasan Kecamatan Karangmalang, Sragen, Minggu (1`7/1/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Kekerasan terhadap anak yang menimpa siswi SMP Sragen mengundang keprihatinan.

Solopos.com, SRAGEN – Kasus kekerasan terhadap anak yang dialami R, 14, mengundang simpati publik dari berbagai wilayah tak hanya Karangmalang Sragen. Sejak Minggu (17/1/2016), ribuan warga mendatangi kediaman pengarak yakni Sukamto.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Banyak coretan di rumah Sukamto, 50. Bahkan bau busuk menyeruak dari rumah itu. “Dilempari bangkai mungkin! Baunya menyengat sekali,” kata P, 40, salah satu tetangga pengarak.

Sejak Minggu pagi, ratusan orang mengalir ke kediaman Sukamto. Puncaknya Minggu siang, sebelum akhirnya kerumunan orang itu dibubarkan oleh polisi. Mereka datang dari berbagai wilayah, Solo, Boyolali, Sukoharjo, Ngawi.

Kedatangan mereka dipicu adanya isu rekonstruksi kasus pengarakan. Selain itu juga ada rencana pengumpulan 1.000 sandal yang berembus dalam beberapa hari terakhir. Sebagaimana diberitakan sebelumnya R dituduh mencuri sandal. Penuduh kemudian melucuti pakaian dan mengarak R tanpa busana keliling kampung sejauh 1 km.

Sri, 38, warga di Karangmalang, mengaku penasaran dengan aksi pengumpulan 1.000 sendal. Kalau sendalnya banyak, kata dia, bisa untuk ajang rebutan warga.

“Saya mendengar sendalnya satu truk diberangkatkan dari Alun-alun Sasana Langen Putra sejak pukul 07.00 WIB. Sendal-sendal itu akan ditaruh semua di depan rumah Sukamto ini. Sebelumnya ada mobil keliling kampung yang menyampaikan pengumuman itu. Pengumumannya seperti mau ada pertandingan sepakbola,” kata Sri.

Aparat Polsek Karangmalang beberapa kali mengingatkan warga supaya kembali ke rumah. “Tidak ada rekonstruksi dan tidak ada aksi pengumpulan 1.000 sendal di tempat ini. Kami mengimbau kepada warga supaya kembali ke rumah masing-masing,” teriak personel polisi, Eko, sembari mengatur padatnya lalu lintas di jalan desa itu.

Mereka yang menunggu sejak pagi akhirnya putus asa dan kembali pulang setelah menunggu selama dua jam di tempat itu. Kepadatan lalu lintas warga mulai berkurang seiring dengan meningginya wajah sang surya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya