SOLOPOS.COM - Petugas Distribusi atau Pengaliran Air PDAM Kecamatan Ampel menutup sementara saluran air di salah satu rumah warga Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, yang kehilangan meteran air, Selasa (2/9/2014). (Septhia Ryanthie/JIBI/Solopos)

Kekeringan Boyolali membuat suplai air PDAM Boyolali tersendat.

Solopos.com, BOYOLALI — Perusahaan Umum Air Minum (PUDAM) atau biasa disebut PDAM Boyolali harus mengoptimalkan penggunaan 24 sumur dalam yang dimiliki PUDAM.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Namun risikonya, biaya operasional akan membengkak. Mesin pompa sumur dalam milik PUDAM mayoritas dioperasikan dengan listrik dari PLN dan solar.

Pada musim kemarau, operasional mesum pompa sumur dalam dimaksimalkan sampai 22 jam sehari. Padahal, pada situasi normal yaitu musim penghujan, operasional sumur dalam rata-rata hanya 16 jam per hari.

“Biaya produksi jadi bengkak sampai 20%. Khusus untuk biaya listrik, tiap bulan rata-rata kami harus bayar Rp550 juta. Saat ini naik 20%. Belum biaya solarnya,” imbuh Cahyo.

Selain memaksimalkan pemanfaatan sumur dalam, PDAM juga mulai memanfaatkan tangki mobil untuk menyuplai air bersih ke pelanggan-pelanggan yang mulai mengalami gangguan pasokan air.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya