SOLOPOS.COM - Warga Dukuh Ngasinan, Desa Garangan, Kecamatan Wonosegoro, Boyolali, Jumanto, 51, sedang memberi minum ternak di belakang rumahnya, Rabu (19/8/2015). (Kharisma Dhita Retnosari/JIBI/Solopos)

Kekeringan Boyolali membuat warga terpaksa menjadikan air limbah sebagai minuman ternak.

Solopos.com, BOYOLALI — Kekeringan yang melanda sejumlah wilayah di Kecamatan Wonosegoro, Boyolali, memaksa warga menjadikan air limbah aktivitas rumah tangga sebagai minuman ternak mereka.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Warga Dukuh Ngasinan, Desa Garangan, Kecamatan Wonosegoro, Boyolali, Jumanto, 51, terpaksa memakai air limbah sisa aktivitas rumah tangga untuk mencukupi kebutuhan minum ternak sapi dan kambing miliknya.

Diakuinya, keterbatasan sumber air mengkondisikan warga untuk berhemat dan sebisa mungkin memanfaatkan kembali limbah air yang masih bisa dimanfaatkan, salah satunya untuk pemenuhan kebutuhan air minum ternak.

Dia menjelaskan tidak semua air limbah digunakan untuk minum ternak. Dia dan sejumlah warga hanya limbah tertentu yang dipandang aman untuk kesehatan ternak, mulai dari air sisa memasak, sisa sayur, sampai air sisa berwudu.

“Jadi sampai tiap kali saya wudu, sebisa mungkin air saya tampung dalam ember. Mau bagaimana lagi, kalaupun ada air bersih iya lebih diutamakan untuk minum sendiri,” tutur dia saat dijumpai Solopos.com sewaktu memberi minum sejumlah ternak di kandang belakang rumahnya dengan seember air keruh kekuning-kuningan, Rabu (19/8/2015) siang.

Berbeda dengan ternak sapi di wilayah lainnya, dia mengatakan di Dukuh Ngasinan, Desa Garangan, Wonosegoro, sapi sengaja dibiasakan tanpa komboran untuk membiasakan pola makan dengan kondisi wilayah yang kering. Menurutnya, pemberian pakan rumput sudah cukup.

Sama halnya dengan Jumanto, sejumlah warga Dukuh Ngasinan yang memiliki ternak juga melakukan hal serupa. Warga Dukuh Ngasinan lainnya, Parsidi, 45, mengatakan dia bahkan menampung dan memanfaatkan kembali air sisa cuci piring untuk air minum ternaknya.

“Asal ndak dicampur sabun, aman-aman saja, toh juga doyan dan masih tetap sehat. Biasanya saya nek pas ngarit [Sewaktu mencari rumput], sekalian cari air nunut dalan kalen [menyisir alur sungai]. Itu pun tidak bisa banyak dapatnya. Pas air keruh, yang untuk minum ternak iya sisa air endapan,” tutur dia.

Menurut dia, selama satu bulan terakhir ini wilayah desanya memang kerap mendapat bantuan air bersih. Namun kelangkaan air bersih membuat warga menomorduakan kualitas air minum ternak. Air bantuan hanya digunakan untuk konsumsi rumah tangga.

Sementara itu, untuk mandi dan mencuci, warga lebih memilih menggunakan air dari cerukan-cerukan belik dengan kualitas dan kuantitas seadanya, cenderung keruh dan bercampur pasir.  “Nggali cilik-cilik sekitar satu meter. Kalau kering, pindah gali lainnya lagi,” imbuh dia, Rabu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya