SOLOPOS.COM - Ilustrasi Dropping Air Bersih (JIBI/dok)
Solopos.com, BOYOLALI – Permintaan penyaluran air bersih di Kabupaten Boyolali akhir-akhir ini melonjak. Hal itu memaksa Pemkab setempat selektif dalam melakukan dropping air ke wilayah terdampak kekeringan.
Kasubbag Sosial dan Keagamaan Sekretariat Daerah (Setda) Boyolali, Mugimin Trianto, Jumat (10/10/2014), Mugimin mengungkapkan daerah yang dulunya tidak mengajukan permintaan dropping air bersih, kini mengajukan bantuan kepada Pemkab. Dia mencontohkan salah satu permohonan bantuan tersebut diajukan oleh warga Desa Samiran, Kecamatan Selo.
“Padahal sebelum-sebelumnya, desa tersebut [Samiran] tidak pernah mengajukan permohonan dropping air bersih ke Pemkab. Untuk desa tersebut, dropping air bersih sudah kami laksanakan dan kami kirim sebanyak tujuh tangki,” ungkapnya, mewakili Kabag Kesra, Dadar Hawananto.
Selain itu, kata dia, beberapa kecamatan di Boyolali bagian utara, seperti Wonosegoro dan Juwangi, yang biasanya bisa tercukupi dengan bantuan dropping air bersih dari Bakorwil Surakarta , kini juga mengajukan permohonan bantuan air kepada Pemkab.
“Bagi desa yang pernah mendapatkan bantuan air bersih tidak lagi dilakukan dropping air. Bantuan tersebut kami prioritaskan bagi desa yang belum mendapatkan,” terang dia. Hal itu agar bantuan air bersih bisa merata di wilayah rawan kekeringan di Boyolali.
Terpisah, Kepala Desa Bercak, Wonosegoro, Joko Puji Hananto, mengatakan selama musim kemarau, warga di desanya kesulitan mendapatkan air bersih. Selama ini, warga mengandalkan air dari resapan yang jaraknya mencapai sekitar 2 kilometer (km). Jika membeli air dari pihak swasta, warga harus merogoh kocek hingga Rp300.000 per tangki.