Soloraya
Minggu, 31 Agustus 2014 - 15:55 WIB

KEKERINGAN KLATEN : Belasan Ribu Warga Jatinom Klaten Kekurangan Air

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN — Dampak musim kemarau mulai dirasakan warga tujuh desa di Kecamatan Jatinom, Klaten. Sedikitnya belasan ribu warga Jatinom mengalami kekurangan air bersih lantaran sumur dan tandon air mulai mengering.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, Sabtu (30/8/2014), problem air bersih merambah tujuh desa seperti Tibayan, Bengkik, Socokangsi, Kayumas, Beteng, Temuireng, dan Randulanang. Kebutuhan air bersih mereka kini bergantung pada dropping air dan proyek sumur dalam di sejumlah wilayah.

Advertisement

Seorang warga Tibayan, Jatinom, Dwi Harjoko, mengatakan kekurangan air bersih dirasakan warga dalam tiga bulan terakhir. Musim kemarau berkepanjangan membuat warga kesulitan memasak, mandi, dan mencuci hingga saat ini. “Kalau musim kemarau hampir dipastikan sejumlah desa di Jatinom kekeringan,” ujar lelaki yang juga Ketua LSM Permadi ini saat ditemui Solopos.com.

Dwi mengatakan warga kini mengandalkan distribusi air dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten dan PDAM Klaten untuk menyambung kebutuhan air. Sejauh ini dropping air dikirimkan sesuai permintaan warga. Selain dropping air, ada beberapa titik sumur dalam dan bak penampungan yang menjadi akses air bersih.

Namun fasilitas ini tak mencukupi untuk menutup kebutuhan seluruh wilayah yang dilanda kekeringan. “Satu penampungan paling kapasitasnya hanya 5.000 liter. Mau mengandalkan sumur pribadi juga susah karena rata-rata [sumur] di sini kedalamannya 60 meter,” keluh dia.

Advertisement

Dwi mendorong ada pembangunan sumur dalam baru untuk mengantisipasi kekeringan berkepanjangan. Upaya tersebut dinilai paling logis mengingat Jatinom tak memiliki sumber mata air. Dirinya juga meminta pembangunan infrastruktur baru disesuaikan dengan kebutuhan warga. “Ini agar bantuan tidak mangkrak seperti kejadian yang sudah-sudah,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala BPBD, Sri Winoto, mengatakan siap menyalurkan air bersih pada warga hingga akhir musim kemarau.  Di sisi lain, pihaknya mengakui dropping air bukan solusi menyeluruh bagi problem warga. Perlu pemetaan sumber air agar warga dapat mengakses air bersih tanpa halangan. “Kami bakal terus inventarisasi potensi mata air di sana,” ujarnya.

Lebih jauh, Sri Winoto meminta warga mewaspadai kandungan air saat musim kekeringan. Pasalnya, air di  sejumlah desa di Cawas dan Juwiring mulai tercemar endapan kapur. “Kami sudah berkoordinasi dengan Dinkes untuk menguji sampel air yang mengandung kapur. Hasil ujinya bakal menjadi pedoman konsumsi air warga secara aman.”

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif