Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Seorang warga Dusun Narotorejo, Suyono, mengatakan aliran air di Sungai Oyo yang memiliki hulu dari wilayah Sukoharjo itu mulai terputus awal Agustus. Padahal sungai itu merupakan satu-satunya sumber air yang digunakan warga untuk kebutuhan sehari-hari. “Kami berusaha membuat kantong-kantong resapan air dari sisa air di sungai. Setidaknya air sungai yang keruh dan berbau itu bisa tersaring dan bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Kami terpaksa menggunakan air itu karena air bersih sudah habis,” katanya kepada Solopos.com, Senin (20/8/2012).
Itu pun, lanjut dia, diperkirakan hanya bertahan hingga dua pekan ke depan. Menurutnya, warga akan kembali mendapat air bersih saat musim penghujan empat bulan lagi. Di dusunnya, ada sekitar 97 kepala keluarga yang membutuhkan air bersih. “Ini sudah keempat kalinya. Sebelumnya, di tahun 2003 lebih parah. Saya hanya takut jika warga terus menerus mengkonsumsi air tersebut, maka akan menimbulkan masalah kesehatan. Kami berharap segera ada bantuan untuk warga yang membutuhkan air bersih,” imbuhnya. Ia pun telah melapor ke pihak desa dan kecamatan, tapi hingga saat ini belum ada realisasi.
Di sisi lain, aliran air di daerah aliran sungai (DAS) Wiroko yang mengaliri dua kecamatan yakni Tirtomoyo dan Nguntoronadi juga kering mulai sepekan lalu. Aris, warga Baturetno yang kerap melewati lokasi itu mengatakan truk yang mengambil pasir dan kerikil bisa sampai turun ke sungai karena tidak ada air. “Hanya ada sedikit air di cekungan-cekungan tanah. DAS Wiroko itu bermuara di WGM (Waduk Gajah Mungkur),” katanya.
Camat Tirtomoyo Teguh Waluyatmo mengatakan saat kemarau, sungai itu kerap mengering dan tidak ada aliran air. Menurutnya, sungai itu kini menjadi lokasi truk untuk mengambil pasir dan kerikil. “Mayoritas digunakan mengairi lahan pertanian, bukan untuk kebutuhan sehari-hari,” ujarnya.