Soloraya
Jumat, 4 Agustus 2023 - 15:11 WIB

Kekeringan, Warga Lereng Merapi Klaten Rela Antre Air Berjam-jam di Sumur Desa

Taufiq Sidik Prakoso  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga mengisi air bersih di sumur dalam samping Kantor Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Klaten, Kamis (3/8/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Musim kemarau membuat warga di wilayah lereng Gunung Merapi, Desa Tlogowatu, Kemalang, Klaten, bekerja keras demi mendapatkan air bersih. Mereka harus bolak-balik menempuh ribuan meter membawa galon untuk mendapatkan air gratis.

Seperti pemandangan yang dilihat Solopos.com pada Kamis (3/8/2023) sore. Galon-galon berderet di parit tepi jalan samping Kantor Desa Tlogowatu. Para pemilik galon itu berdiri di sekitarnya sembari berbincang menanti giliran.

Advertisement

Mereka menunggu giliran mengisi air bersih ke galon maupun jeriken masing-masing. Air bersih di tempat itu berasal dari sumur dalam. Mereka tak perlu membayar alias gratis untuk mendapatkan air di tempat itu.

Namun, warga lereng Gunung Merapi wilayah Klaten itu harus antre dan bersabar menunggu giliran dan menanti air mengalir lagi. Air dari sumur berkedalaman lebih dari 240 meter itu tak terus-terusan mengalir. Debitnya juga kecil.

Butuh sekitar satu hingga dua jam untuk menaikkan air dari sumur hingga mengisi bak sampai penuh. Setelah bak terisi, air dialirkan melalui pipa-pipa untuk mengisi galon yang dibawa warga menggunakan pompa.

Advertisement

Aliran air dari bak itu hanya sekitar 15 menit hingga 20 menit. Setelah itu, air tak mengalir lagi. Setelah menunggu satu hingga dua jam, air baru mengalir lagi melalui pipa-pipa kecil.

Nartono, 51, menjadi salah satu warga yang siang hingga sore itu mengantre. Sejak pukul 13.00 WIB, Nartono antre mengisi galon. Baru sekitar pukul 15.00 WIB, sebanyak lima galon yang dia bawa sudah terisi air bersih.

Nartono menutup rapat mulut galon agar tak tumpah ketika ditumpangkan ke beronjong di sepeda motor. Setetes air sangat berharga bagi warga lereng Merapi wilayah Klaten itu, terlebih di musim kemarau seperti saat ini.

Jalan 1,5 Kilometer

“Airnya untuk masak, mandi, dan keperluan sehari-hari. Tidak setiap hari. Biasanya dua hari sekali mengisi di sini,” kata Nartono.

Advertisement

Warga lainnya, Sarmini, 50, rutin mengambil air di bak penampungan samping Balai Desa Tlogowatu itu selama dua bulan terakhir. Hal itu dia lakukan lantaran mulai mengalami kekurangan air bersih seiring memasuki kemarau.

Warga mengisi air bersih di sumur dalam samping Kantor Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Klaten, Kamis (3/8/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

“Kalau musim hujan mengandalkan air hujan yang ditampung pada tandon. Kalau kemarau seperti ini kondisinya kering,” kata Sarmini.

Saban hari, warga lereng Merapi Dukuh Munggur, Desa Tlogowatu, Klaten, itu membawa jeriken untuk ikut antre air bersih di samping kantor desa. Dalam sehari, Sarmini bisa mengisi empat hingga enam jeriken. Air itu dia gunakan untuk memasak, mandi, dan mencuci.

Jarak rumah Sarmini dengan sumur samping balai desa itu sekitar 1,5 km. Dalam sehari, Sarmini bisa dua kali bolak-balik mengendarai sepeda motor dan antre air bersih di tempat tersebut.

Advertisement

Selain mengandalkan air dari sumur dalam di balai desa, Sarmini membeli air bersih. Satu truk tangki kapasitas 5.000-6.000 liter berisi air bersih seharga Rp160.000.

Ribuan liter itu hanya cukup untuk kebutuhan Sarmini beserta keluarganya selama satu pekan. Saat kemarau seperti ini, pengeluaran warga yang wilayahnya mengalami krisis air bersih membengkak.

Mereka mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli air bersih. Selain membeli air bersih, warga lereng Merapi wilayah Klaten yang memilki ternak mengeluarkan biaya tambahan untuk beli pakan seperti rerumputan.

Pengeluaran Membengkak saat Kemarau

Tak terkecuali Sarmini yang memiliki ternak kambing. Saat kemarau seperti ini, Sarmini membeli hijauan untuk pakan ternak karena rumput sulit dicari. Satu ikat pakan ternak itu seharga Rp25.000 untuk pakan kambing sehari.

Advertisement

Agar pengeluaran tak membengkak, Sarmini melakukan penghematan. Salah satunya dengan menghemat pengeluaran untuk membeli air bersih. Lantaran hal itu, dia mengeluarkan tenaga ekstra untuk bolak-balik ngangsu di sumur samping kantor desa.

Kepala Desa (Kades) Tlogowatu, Suprat Widoyo, mengatakan Tlogowatu menjadi salah satu desa yang mengalami krisis air bersih. Hal itu sudah menjadi rutinitas tahunan ketika memasuki kemarau.

“Untuk sumur dalam ada tetapi karena debit terlalu kecil, hanya cukup untuk 10 persen dari warga di Tlogowatu. Jumlah penduduk di Tlogowatu ada 3.700 jiwa,” kata Suprat.

Warga mengisi air bersih di sumur dalam samping Kantor Desa Tlogowatu, Kecamatan Kemalang, Klaten, Kamis (3/8/2023). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Ada dua sumur dalam untuk memenuhi kebutuhan air warga Desa Tlogowatu yang terletak di lereng Gunung Merapi wilayah Klaten. Satu sumur dalam hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan warga di satu RW. Sementara satu sumur ada di samping kantor desa.

Namun, debit sumur di samping kantor desa itu kecil. Sumur itu dimanfaatkan sekitar 40 keluarga. Antrean pengisian air bersih dari sumur dalam di kantor desa itu saat kemarau tiba bisa dari pagi sampai pagi lagi alias 24 jam.

Distribusi Bantuan Air Bersih

Suprat menjelaskan bantuan air bersih sudah ada dari BPBD Klaten, donatur, maupun pemerintah desa. Tetapi bantuan tidak mungkin bisa mencukup kebutuhan air bersih seluruh penduduk kami selama kemarau.

Advertisement

“Harapan kami ada solusi jangka panjang seperti menaikkan air dari sumber air di wilayah lain atau melalui pengeboran di wilayah kami yang kerap dilakukan geolistrik untuk mencari titik sumber air,” kata dia.

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, Desa Tlogowatu yang berada di lereng Gunung Merapi menjadi salah satu desa yang mendapatkan bantuan dropping air bersih dari BPBD Klaten. Ada enam desa di tiga kecamatan yang sudah mendapatkan bantuan air bersih.

Berdasarkan data dropping air bersih per Kamis (27/7/2023), jumlah total air bersih yang sudah didistribusikan keenam desa itu ada 99 tangki. Perinciannya, Kendalsari 12 tangki, Sidorejo 27 tangki, Tlogowatu 21 tangki, dan Tangkil 14 tangki. Desa-desa itu berada di Kecamatan Kemalang.

Kemudian ada juga bantuan air yang dikirim ke Desa Jambakan di Kecamatan Bayat sebanyak 23 tangki dan Desa Jimbung di Kecamatan Kalikotes sebanyak 2 tangki.

“Iya, mayoritas di daerah lereng Gunung Merapi. Untuk wilayah Bayat hanya di Jambakan,” kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Klaten, Rujedi Endro Suseno, saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (2/8/2023).

Soal alokasi anggaran untuk bantuan air bersih, Rujedi menjelaskan dari APBD disiapkan alokasi anggaran sekitar Rp160 juta. Anggaran itu diperkirakan cukup untuk menyalurkan bantuan air bersih sekitar 200 rit.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif