SOLOPOS.COM - Andrik Purwasito (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Andrik Purwasito (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

SOLO—Guru Besar Manajemen Konflik Lintas Budaya UNS, Prof Dr Andrik Purwasito DEA menilai bentrok di Gandekan, Solo secara laten bersumber dari stereotip dan etnosentrisme yang berkembang dalam setiap masyarakat. Hal ini sulit diselesaikan dan hanya bisa dikelola dengan manajemen komunikasi lintas budaya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Seperti diberitakan Solopos.com sebelumnya, bentrok antara Ormas dan warga Gandekan, Jebres, Solo terjadi Kamis-Jumat (3-4/5/2012) lalu.

“Bentrok hanya manifes dari bara api dalam sekam yang hidup pada setiap masyarakat. Oleh sebab itu, manajemen komunikasi lintas budaya perlu dijadikan kebijakan Pemkot. Acara budaya seperti SIEM ((Solo International Ethnic Music-red), SIPA (Solo International Performing Art-red) dan karnaval hanya bersifat mercusuar belum menjamah konsep lintas budaya,” ujar Andrik kepada Solopos.com dalam pesan singkatnya, Minggu (6/5/2012).

Program seni dengan konsep multikultural akan membantu sekali sebagai salah satu resolusi konflik. Bentrok adalah bentuk non verbal yang mengkomunikasikan adanya potensi konflik antar budaya di masyarakat.

Bentuk program seni dengan konsep multikultural yaitu pada prinsipnya adanya partisipan dari berbagai komponen, berbagai ras, etnik, agama, golongan, tingkat sosial ekonomi dan antar generasi. Misalnya dalam Kirab Multikultural yang menampilkan seluruh potensi kelompok dalam masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya