Soloraya
Senin, 22 Agustus 2022 - 18:33 WIB

Keluh Kesah Pedagang Wonogiri Tanggapi Wacana Kenaikan Harga Pertalite

Luthfi Shobri Marzuqi  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pedagang sayur di Pasar Wonogiri, Ngatinem (kiri), 66, tengah melayani pembeli, Senin (22/8/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M)

Solopos.com, WONOGIRI — Wacana kenaikan harga Pertalite sebagai bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinilai berdampak negatif bagi sejumlah pedagang di Pasar Wonogiri. Hal itu terutama bagi pada pedagang yang berasal dari luar Kabupaten Wonogiri.

Informasi yang dihimpun Solopos.com, terdapat sejumlah lima pedagang asal Kabupaten Boyolali yang berdagang di Pasar Wonogiri. Rata-rata dari mereka menjual sayuran berupa kol, wortel, bayam, hingga cabai. Mereka rela jauh-jauh membawa sejumlah produk itu dari Boyolali ke Wonogiri.

Advertisement

Salah satu pedagang asal Boyolali yang berjualan di Pasar Wonogiri itu bernama Harti. Ia mengaku telah berjualan di Pasar Wonogiri sejak 40 tahun lalu. Setiap hari, perempuan berusia 66 tahun itu berangkat dini hari dari rumahnya dengan membawa beragam sayur dengan berat maksimal lima kuintal.

Bawaan seberat itu dibawa menggunakan motor beroda tiga. Kepada Solopos.com, Senin (22/8/2022), Harti mengatakan memakai BBM bersubsidi jenis Pertalite.

Advertisement

Bawaan seberat itu dibawa menggunakan motor beroda tiga. Kepada Solopos.com, Senin (22/8/2022), Harti mengatakan memakai BBM bersubsidi jenis Pertalite.

“Dalam sehari pulang-pergi [Boyolali-Wonogiri] itu paling tidak membutuhkan Rp120.000 untuk biaya bensin [Pertalite],” ucapnya.

Baca Juga: Pertamina Sudah Tentukan Lokasi Beli Pertalite Pakai MyPertamina, Aman?

Advertisement

“Kalau soal keuntungannya, ya tetap untung. Tapi mepet. Kalau biasanya untung 50% atau 30%. Jika harga Pertalite naik, ya persentasenya ikut berkurang,” imbuh Harti.

Pedagang sayur lainnya asal Boyolali yang mengais rezeki di Pasar Wonogiri, yakni Ngatinem, 66. Setiap hari, ia berangkat dari Boyolali mulai pukul 03.00 WIB dengan membawa sekitar satu ton beragam sayuran yang diletakkan di mobil.

Dalam sehari, mobil yang ditumpanginya membutuhkan bensin sebanyak 15 liter. Dimintai tanggapan soal wacana kenaikan harga Pertalite pekan ini, Ngatinem mengaku bingung.

Advertisement

Baca Juga: Pengamat: Jika Pertalite Naik Jadi Rp10.000, Daya Beli Masyarakat akan Terpuruk

“Saya enggak tahu, jadinya naik berapa to? Kalau naiknya cuman Rp500 masih bisa diatasi. Kalau sampai Rp2.000 atau Rp2.500, kayaknya enggak bisa nutup,” ujar Ngatinem kepada Solopos.com, Senin.

Dilansir dari Bisnis.com, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan, pemerintah tengah menyusun skema penyesuaian harga untuk mengurangi beban subsidi dan kompensasi energi.

Advertisement

Skema yang dimaksud, yakni menghitung beberapa skenario penyesuaian subsidi dan kompensasi energi dengan memperhatikan dampaknya terhadap masyarakat.

Jarak antara harga keekonomian dan harga jual Solar dan Pertalite dinilai lebar. Hal ini lantaran harga minyak dunia saat ini sedang tinggi dan karenanya memerlukan penyesuaian harga BBM.

Baca Juga: Kalau Harga BBM Pertalite Naik Jadi Rp10.000, Kamu Setuju Enggak Lur?

“Hingga saat ini, APBN menanggung subsidi dan kompensasi energi mencapai Rp502 triliun. Tanpa ada penyesuaian kebijakan, angka ini bisa meningkat hingga lebih dari Rp550 triliun pada akhir tahun,” katanya melalui keterangan resmi seperti dikutip dari Bisnis.com, Minggu (21/8/2022).

Kendati demikian, Luhut menegaskan keputusan menaikkan harga BBM di tengah kondisi tingginya harga minyak dunia saat ini berada di tangan Presiden Joko Widodo.

“Yang perlu diingat, keputusan akhir tetap di tangan Presiden. Namun langkah awal yang perlu dilakukan adalah memastikan pasokan Pertamina untuk Pertalite dan solar tetap lancar distribusinya,” imbuhnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif