Soloraya
Kamis, 26 September 2013 - 00:30 WIB

KEMACETAN SOLO : Perempatan Solo Paragon Semrawut

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepadatan lalu lintas di kawasan depan Solo Paragon Mal (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO —  Pasca penutupan Jl. Yosodipuro Selasa (24/9/2013) lalu, arus lalu lintas di perempatan Solo Paragon, Mangkubumen, Banjarsari tampak semrawut, Rabu (25/9). Petugas sukarelawan pengatur lalu lintas (Supeltas) kwalahan mengatur para pengendara yang nekat menerobos tanda larangan di mulut jalan. Akibatnya, kemacetan seringkali terjadi dan sulit diatasi.

Pantauan Solopos.com di lokasi, mulut Jl. Yosodipuro bagian barat telah ditutup dengan lima tanda peringatan bila sedang ada pekerjaan pembuatan saluran air bawah tanah. Jalur kendaraan hanya dibuka satu arah dari timur.

Advertisement

Namun, para pengguna jalan seperti mobil, sepeda motor dan bus kota dari arah barat nekat menerobos tanda peringatan tersebut. Sehingga, kemacetan sering kali tak terhindarkan di simpang empat Solo Paragon.

Petugas Supeltas, Haryanto saat ditemui Solopos.com mengeluhkan kondisi arus kendaraan akibat penutupan jalan tersebut. Ia merasa kesulitan dalam mengatur arus lalu lintas di perempatan,  terutama untuk bus kota Atmo.

“Pengerjaan gorong-gorong ini sudah memakan separuh jalan,  jadi jalan ini hanya bisa dilalui satu arah saja. Kalau kendaraan dari arah barat nekat menerobos, jalan seringkali macet. Semua tidak mau ngalah, ditambah lagi pengendaranya susah sekali diarahkan,” kesalnya.

Advertisement

Ia mengatakan pada saat jam-jam pelajar sekolah dan para pegawai pulang, kemacetan bisa terjadi hingga sekitar satu jam. Pada saat kemacetan itu terjadi, Haryanto mengaku pasrah karena banyak yang justru memarahinya.

“Kalau saya sudah disalah-salahkan oleh pengendara, ya saya minggir dulu. Kalau sudah sampai macet, baru saya turun ke jalan lagi mengatur kendaraan,” keluhnya.

Rawan Meledak

Advertisement

Pada saat yang sama, Supervisor Operasi Distribusi PLN Solo, Sany Riyanto sedang memantau penggalian saluran air bawah tanah tersebut. Ia mengaku khawatir karena di lokasi penggalian tersebut terdapat bertegangan 150 KV yang rawan meledak. Kabel berwarna kuning tersebut bergelantungan lokasi galian dekat dengan para pekerja menggali tanah.

“Kabel itu bisa meledak kalau kena gesekan atau kena pukul alat berat para pekeja. Bisa dibayangin saja, kabel itu berkekuatan 150 KV yang menghubungkan dengan Gardu Induk Surakarta (GIS),” paparnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif