Soloraya
Rabu, 8 Maret 2023 - 18:40 WIB

Kemarau Diprediksi Datang Lebih Awal, Wonogiri Bersiap Hadapi Kekeringan

Muhammad Diky Praditia  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Trias Budiono. (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Wonogiri mulai bersiap menghadapi musim kemarau yang diprediksi datang lebih awal pada 2023 ini. Kemarau biasanya berdampak pada kekeringan di wilayah selatan Wonogiri.

Terkait itu, mitigasi bencana kekeringan mulai dilakukan. Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Trias Budiono, mengatakan berdasarkan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), musim kemarau tahun ini datang lebih awal yaitu April 2023.

Advertisement

BPBD sudah mulai memetakan wilayah mana saja yang rawan terjadi kekeringan. Menurut Trias, ada beberapa wilayah Wonogiri selatan yang rawan kekeringan di antaranya Paranggupito dan Pracimantoro.

Kedua wilayah itu paling rawan kekeringan karena merupakan wilayah dengan karakter tanah dan batuan karst. “Dalam waktu dekat kami kirim tim ke sana untuk melihat wilayah mana yang mimim air saat kemarau sehingga nanti tidak sampai terjadi kekeringan,” kata Trias saat ditemui Solopos.com di Objek Wisata Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, Rabu (8/3/2023).

Dia melanjutkan beberapa desa di wilayah Wonogiri selatan tidak memiliki sumber air dan kerap mengalami krisis air saat musim kemarau. Mereka bergantung dengan air hujan. Tidak jarang mereka harus membeli air saat kemarau. Kendati begitu, jumlah desa yang kesulitan air saat ini sudah berkurang.

Advertisement

Di Paranggupito, beberapa desa sudah mendapatkan akses air bersih saat kemarau karena sudah ditemukan sumber mata air. Bagi desa yang masih mengandalkan air hujan, BPBD akan memberikan kiriman bantuan menggunakan truk tangki air.

Selain itu, biasanya ada program corporate social responsibility (CSR) dari perusahaan juga turut membantu dalam penyediaan air bersih bagi warga terdampak kekeringan. “Yang jelas nanti kami asesmen lagi bersama sukarelawan, mengecek lapangan agar tahu daerah mana saja yang rawan kekeringan,” ujar dia.

Sementara itu, Kepala Desa Jimbar, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Sutrisno, mengatakan sudah menyiapkan wilayahnya ketika memasuki kemarau. Saat kemarau, Desa Jimbar kerap kesulitan air untuk kebutuhan pertanian karena pertanian di desa tersebut masih tadah hujan.

Advertisement

Tak hanya itu, sebanyak 80% dari 2.963 penduduk Desa Jimbar bekerja di sektor pertanian baik sebagai buruh, penggarap, maupun pemilik. Oleh karena itu, sebelum kemarau Sutrisno sudah memberikan pemahaman kepada warga agar beralih menanam tanaman palawija seperti gembili, ubi, atau singkong dari yang semula menanam padi dan sayuran.

Selain tidak perlu banyak air, jenis tanaman itu juga tidak banyak memerlukan perawatan, cukup pakai pupuk kandang. “Tanaman palawija itu tangguh saat kemarau. Jadi warga tetap bisa produksi dan bisa makan. Kebanyakan petani sini menanam untuk konsumsi sendiri. Kalau enggak ada nasi, kan bisa pakai yang lain. Ada diversifikasi pangan,” jelas Sutrisno saat berbincang dengan Solopos.com di Balai Desa Jimbar, Rabu.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif