SOLOPOS.COM - Kepala Dispertan Boyolali, Joko Suhartono (kanan), didampingi Analis Pasar Hasil Pertanian, Agung Hariyono, di Kantor Dispertan Boyolali, Kamis (24/8/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Produksi beras di Boyolali hingga Juli 2023 dipastikan surplus sekitar 66.921 ton. Jumlah itu cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi hingga delapan bulan ke depan.

Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Boyolali, Joko Suhartono, mengungkapkan produksi gabah sampai Juli 2023 sebanyak 239.098 ton gabah kering giling (GKG) atau setara 137.213 ton beras dengan luas panen 41.691 hektare.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Artinya, produktivitas per hektare sekitar 57,35 kuintal sedangkan konsumsi beras sampai Juli sebanyak 70.292 ton. “Sampai hari ini, Boyolali masih surplus beras sekitar 66.921 ton. Itu bisa sampai delapan bulan ke depan,” kata dia saat ditemui Solopos.com di kantornya, Kamis (24/8/2023).

Joko mengakui ada imbauan dari Kementerian Pertanian karena Boyolali menjadi salah satu lumbung pangan untuk mengantisipasi dampak kekeringan di Jawa Tengah dan nasional. “Namun belum diinformasikan jatahnya berapa, tapi ketika data diminta sewaktu-waktu, kami siap,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jateng memprediksi musim kemarau yang disertai El Nino akan berlangsung hingga awal 2024. Terkait itu, Dispertan mengimbau para petani untuk mengatur pola tanam.

Joko meminta petani menanam palawija seperti jagung atau kacang tanah pada masa tanam (MT) III ini. “Kami juga mengimbau para petani di Boyolali menggunakan bibit yang memang tahan air,” kata dia.

“Kami memberikan informasi kepada petani berkaitan dengan perubahan musim sehingga petani dapat mengantisipasi dalam menghadapi kekeringan berkepanjangan,” ujarnya.

Joko mengatakan biasanya para petani menanam padi pada MT I dan II karena irigasi teknis untuk air masih cukup. Namun, ketika memasuki MT III, para petani di Boyolali beralih ke palawija karena musim kemarau dan air cenderung minim.

Pengadaan Sumur dan Long Storage

Ia melanjutkan para petani sebenarnya sudah tahu ketika MT III biasanya air akan berkurang. Sehingga mereka memilih menanam palawija bahkan tidak menanam karena takut gagal panen.

“Langkah selanjutnya, untuk membantu para petani dalam menghadapi musim kemarau dan kekurangan air, kami membantu pembuatan sumur dangkal, sumur dalam, dam parit, dan long storage,” kata dia.

Ia menyampaikan Dispertan Boyolali membantu membuatkan 432 sumur dangkal untuk mengantisipasi kemarau panjang bagi petani di 16 kecamatan sejak 2007. Kemudian juga pembuatan 27 sumur dalam yang tersebar di enam kecamatan.

Joko mengungkapkan ada 38 dam parit di Boyolali yang dibangun sejak 2014. Selain itu, total ada enam long storage yang dibangun sejak 2021. “Laporan kekurangan atau kekeringan air [untuk pertanian] di Boyolali belum ada. Kami memiliki teman-teman penyuluh di lapangan, yang setiap dua pekan sekali membuat laporan ke dinas pertanian,” kata dia.

Di sisi lain, Dispertan Boyolali telah berkoordinasi dengan BPBD Boyolali untuk menghadapi kekeringan. Namun, Joko mengatakan sampai saat ini kekeringan masih terkait kekurangan air bersih, belum sampai ke pertanian.

Selanjutnya, ia berharap pemerintah desa turut andil menghadapi kekeringan dengan mengalokasikan pembangunan embung dan satu desa satu sumur dangkal atau dalam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya