SOLOPOS.COM - Ilustrasi Kekeringan (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, WONOGIRI—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri mencatat masih ada 25 desa di tujuh kecamatan di Wonogiri rawan kekeringan saat kemarau seperti sekarang ini. Tetapi hingga kini belum ada desa atau wilayah yang mengajukan bantuan air bersih.

Kepala Pelaksana BPBD Wonogiri, Trias Budiono, mengatakan kemarau tahun ini disertai El Nino yang berpotensi mengakibatkan kekeringan berat dan kemarau panjang di Wonogiri.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Menurut dia, El Nino merupakan perubahan iklim yang terjadi karena suhu permukaan air Samudera Hindia meningkat di atas normal sehingga curah hujan menjadi rendah. Berdasarkan informasi yang dia himpun, awal Agustus 2023 ini merupakan awal puncak gelombang El Nino dan diprediksi akan berakhir pada September 2023. 

BPBD Wonogiri mewaspadai fenomena ini menyebabkan sejumlah desa di Wonogiri sulit mengakses air bersih. Masih ada puluhan desa di tujuh kecamatan dengan puluhan ribu jiwa penduduk yang berpotensi kekurangan air bersih.

Tujuh kecamatan itu antara lain Paranggupito, Giritontro, dan Eromoko. Sejak awal kemarau hingga sekarang, tim BPBD sudah memetakan sekaligus memonitor daerah-daerah kekeringan agar wilayah itu tidak terjadi kekeringan berkepanjangan.

“Hasil pemetaan terakhir kami, setelah dievaluasi dan verifikasi, ada 25 desa di tujuh kecamatan di Wonogiri yang masih rawan kekeringan. Yang paling banyak ada di Kecamatan Paranggupito. Meski ada 25 desa, bukan berarti seluruh penduduk di desa itu rawan kekeringan, tetapi hanya satu atau beberapa dusun saja,” kata Trias kepada Solopos.com, Jumat (4/8/2023).

Menurut dia, saat ini ketersediaan air bersih di desa-desa rawan kekeringan itu relatif masih aman meski sangat terbatas. Terutama desa yang memiliki embung, telaga, atau bak-bak penampungan air. Wilayah rawan kekeringan pun sebenarnya sudah jauh berkurang dibandingkan pada tahun-tahun lalu. Pemkab sudah berupaya untuk terus mencari sumber air di daerah rawan kekeringan dan menyalurkannya ke penduduk. 

“Belum lama ini, kami ke Gambirmanis, Pracimantoro. Di sana ada dua dusun yang rawan kekeringan. Tetapi sekarang sudah ada bak penampungan air dengan kapasitas 30 kubik. Itu sudah melayani penduduk di dua dusun,” ujar dia.

Trias melanjutkan beberapa desa di wilayah Wonogiri selatan kini sudah mulai sulit air. Tetapi belum menyeluruh. Sebagian penduduk sudah ada yang membeli air tangki untuk kebutuhan sehari-hari. Meski begitu hingga saat ini belum ada pengajuan bantuan air bersih yang diajukan kepada BPBD Wonogiri. 

BPBD Wonogiri juga mewaspadai kekeringan dialami ternak. Banyak warga di wilayah-wilayah rawan kekeringan yang beternak sapi atau kambing. Ternak-ternak itu membutuhkan banyak air untuk tetap hidup. Kekeringan berkepanjangan berpotensi menurunkan produksi ternak. 

“Sampai saat ini belum ada yang mengajukan bantuan air bersih kepada kami. Kalau ada yang mengajukan, kami sudah siap dropping ke sana,” ucap Trias.

Menghemat Air Bersih

Dia berharap fenomena El Nino ini tidak menyebabkan kemarau yang terlalu panjang. Dengan demikian, ketersediaan air di sumber-sumber air di wilayah rawan kekeringan masih bisa menyukupi kebutuhan warga. 

“Kami imbau warga untuk menggunakan air dengan hemat. Kemarin kami ke sumber Banyu Towo, Paranggupito, di sana masih ada air, tetapi karena kemarau sudah mulai berkurang. Makanya kami minta warga bisa memanfaatkan air dengan bijak,” katanya. 

Kepala Desa Songbledeg, Kecamatan Paranggupito, Slamet, mengungkapkan sejak awal Juli, sejumlah warga Desa Songbledeg sudah membeli air bersih. Bak-bak penampungan air hujan di rumah-rumah penduduk sudah habis.

Sebenarnya Desa Songbledeg sudah tersalurkan air bersih, tetapi belum ke rumah-rumah warga. Penyaluran air berupa hidran umum. Warga yang membutuhkan air harus mengambil ke hidran umum tersebut. 

“Warga ada yang sudah membeli air bersih seharga mulai dari Rp150.000 hingga Rp180.000 per 6.000 liter. Kalau krisis air kayak begini, warga enggak bisa melakukan kegiatan pertanian,” kata Slamet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya