SOLOPOS.COM - Ilustrasi layanan PDAM (Dok)

PDAM Solo menyatakan distribusi air bersih aman meski musim kemarau.

Solopos.com, SOLO — Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Solo menjamin distribusi air bersih kepada para pelanggan di Kota Bengawan masih tergolong aman saat musim kemarau 2017.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kabid Produksi PDAM Solo, Giyoto, mengatakan PDAM kini masih mampu memproduksi air bersih untuk pelanggan dengan kapasitas 837 liter/detik atau sama seperti hari biasanya. Dia menyebut kendala PDAM saat musim kemarau sekarang hanya soal mutu air baku Sungai Bengawan Solo.

Menurut Giyoto, air Sungai Bengawan Solo yang surut kini memiliki tingkat kekeruhan di bawah standar pengolahan menjadi air bersih. Tingkat kekeruhan air baku Sungai Bengawan Solo sekarang di bawah 5 Nephelometric Turbidity Units (NTU).

“Padahal standar kekeruhan air baku sungai sudah ditetapkan harus 5-15 NTU,” kata Giyoto saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (11/9/2017).

Giyoto menyampaikan sudah sebulan lebih PDAM Solo membeli lumpur dari Mojolaban, Sukoharjo, untuk dijadikan sebagai bahan campuran dalam pengolahan air baku Sungai Bengawan Solo.

Pencampuran lumpur alami tersebut diperlukan untuk meningkatkan tingkat kekeruhan dan juga mengikat polutan yang terkandung dalam air baku Sungai Bengawan Solo. Lumpur digunakan dalam pengolahan air baku menjadi air bersih di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Jurug dan IPA Jebres.

“PDAM pada dasarnya lebih mudah mengolah air baku sungai yang keruh karena tercampur lumpur ketimbang air sungai yang berwana hitam pekat akibat tercemar,” jelas Giyoto.

Giyoto menerangkan debit air Sungai Bengawan Solo yang turun kini lebih mudah tercemar polutan sehingga lebih sulit juga untuk diolah menjadi air bersih. Selain sampah dari masyarakat, dia menuding, pencemaran air Sungai Bengawan Solo tersebut juga disebabkan oleh adanya limbah cair dari industri tekstil warga Soloraya.

Dia menyesalkan air Sungai Bengawan Solo berubah menjadi berwarna-warni dan berbau. Kondisi itu bisa jelas dirasakan saat debit air sungai turun.

“Ongkos produksi kami otomatis meningkat selama musim kemarau. Kami harus membeli lumpur untuk pengolahan air baku sungai. Per pekan kami harus membeli 4 rit lumpur dari Mojolaban. Sedangkan untuk mendapatkan 1 rit lumpur tanah tersebut kami harus mengeluarkan biaya hingga Rp500.000,” jelas Giyoto.

Giyoto meminta warga atau pengusaha tekstil tidak lagi membuang limbah sembarangan ke aliran sungai terutama Sungai Bengawan Solo. Aktivitas itu merugikan banyak pihak termasuk PDAM Solo. Dia menjelaskan PDAM terpaksa harus membeli lumpur alami untuk mengolah air baku sungai yang tercemar. PDAM hanya menggunakan lumpur pilihan yang tidak mudah mengendap untuk dijadikan sebagai bahan campuran dalam pengolahan air baku Sungai Bengawan.

Direktur Teknik (Dirtek) PDAM Solo, Tri Atmojo Sukomulyo, mengatakan debit air Sungai Bengawan Solo kini turun setelah memasuki musim kemarau.

Dia menyebut, PDAM bakal terus menjalin koordinasi dengan Perusahaan Umum (Perum) Jasa Tirta I yang berwenang dalam penyediaan air baku Sungai Bengawan Solo. Jika sampai terjadi kekurangan sumber air baku Sungai Bengawan Solo untuk diolah menjadi air bersih, kata Tri, PDAM bisa saja meminta Perum Jasa Tirta 1 menggelontorkan air dari Waduk Gajah Mungkur (WGM).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya