Soloraya
Minggu, 26 Juni 2011 - 21:15 WIB

Kembali panen setelah bertani organik

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - PANEN PERDANA -- Para petani Desa Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, menunjukkan hasil panen mereka, Minggu (26/6). Panen padi organik ini merupakan kali pertama setelah lima tahun tidak bisa menanam. (JIBI/SOLOPOS/Farida Trisnaningtyas)

Senyum Wiyono, salah seorang petani Desa Sawahan, Kecamatan Ngemplak mengembang. Bagaimana tidak, sawah yang selama kurun waktu lima tahun tidak bisa ditanami dan tidak panen itu kini kembali hidup. Begitu halnya dengan para petani lain yang ikut menyewa lahan seluas 5.000 meter ini.

PANEN PERDANA -- Para petani Desa Sawahan, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, menunjukkan hasil panen mereka, Minggu (26/6). Panen padi organik ini merupakan kali pertama setelah lima tahun tidak bisa menanam. (JIBI/SOLOPOS/Farida Trisnaningtyas)

Advertisement
Sekitar lima tahun atau sepuluh kali masa tanam (MT) terlewatkan. Sebab, lahan itu tanahnya terbilang paling ekstrim. Sebagian besar strukturnya adalah tanah berpasir. Selain itu, serangan wereng terutama wereng cokelat membuat para petani merugi.

“Semuanya organik. Mulai dari awal penanaman hingga penanganan terhadap hama semuanya dari bahan organik,” ujarnya kepada wartawan, Minggu (26/6/2011). Bermula dari kerja sama dengan pihak Teknologi Budidaya Mitra Alam Sejahtera, panen raya pada hari Minggu itu terwujud.

Instruktrur ahli dari Jogjakarta didatangkan. Para petani setempat diajari berbagai hal tentang organik. Dibandingkan dengan bahan kimia, organik jauh lebih ramah. Selain itu, hasilnya juga lebih banyak. “Para petani diajari berbagai macam. Mulai dari pembuatan pupuk kompos, pembenihan hingga pestisida nabati,” imbuhnya. Pupuk kompos misalnya, ada dua bentuk yaitu padat dan cair. Pupuk ini dibuat dari bahan-bahan ramah lingkungan yang tidak ada satupun unsur kimiawi. Laha pertanian per hektarenya hanya membutuhkan 6,5 ton pupuk kompos.

Advertisement

Begitu halnya dengan pestisida nabati yang digunakan untuk mengatasi serangan hama wereng. Pestisida alami ini dibuat dari biji-bijian seperti mahoni, mojo. Selain itu juga daun-daun lokal seperti daun pepaya. “Saat umur 14 hari, padi ini sudah diserang wereng. Namun, setelah diberi pestisida alami serangan wereng tak membuat tanaman mati. Pestisida nabati bersifat mengusir wereng,” jelasnya.

Selama sepekan sekali, obat alami ini diberikan agar tanaman tetap terjaga. Alhasil, meskipun wereng menyerang, padi tetap bisa dipanen. Padi jenis galur 136 ini ditanam mulai akhir Maret lalu dan bisa panen akhir bulan Juni ini. Umurnya sekitar 90 hari.

“Proses penanaman dengan bahan-bahan organik memang membanggakan. Selain ramah terhadap lingkungan, hasil yang diperoleh petani pun lebih banyak,” terangnya. Pihaknya dengan senang hati berbagi ilmu kepada para petani lain jika hendak bercocok tanam secara organik. Semua dibagikan secara gratis alias cuma-cuma.

Advertisement

Farida Trisnaningtyas

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif