SOLOPOS.COM - Pemkab Klaten saat memperoleh SK hak perlindungan varietas (PVT) atas varietas Rajalele Srinuk dan Srinar dari Kementan RI, Maret lalu. (Istimewa/Diskominfo Klaten)

Solopos.com, KLATEN — Luas tanam padi varieras Rajalele Srinuk di Klaten saat ini mencapai 600 hektare (ha). Perluasan pemasaran beras dari varietas itu terus dilakukan dan digadang-gadang bisa semakin dikenal di tingkat nasional.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Klaten, Widiyanti, mengatakan luas tanam padi varietas Rajalele Srinuk saat ini sekitar 600 hektare (ha) yang tersebar ke berbagai wilayah di Klaten. Produktivitas Rajalele Srinuk rata-rata 6 ton per ha gabah kering giling (GKG).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Artinya, potensi panen yang bisa diperoleh dari ratusan ha itu mencapai 3.600 ton GKG. Jika dikonversi menjadi beras, hasil produksi beras dari luasan 600 ha mencapai 2.232 ton.

“Perkembangan tanam Rajalele Srinuk saat ini menunjukkan tren yang bagus. Kami terus mengembangkan lahan percontohan sambil terus melakukan penelitian lanjutan,” kata Widiyanti, Minggu (6/11/2022).

Bupati Klaten, Sri Mulyani, mengatakan produksi beras Rajalele Srinuk selama ini terus ditingkatkan. Guna mempopulerkan beras Rajalele Srinuk, ada penerapan kebijakan setiap ASN serta pegawai BUMD di Klaten membeli produk beras tersebut.

Baca Juga: Surplus Beras 38.000 Ton, Pemkab Klaten Santuy Hadapi Ancaman Krisis Pangan

“Alhamdulillah dari kebutuhan yang dipasarkan atau diterapkan dengan kebijakan untuk ASN, pegawai BUMD, serta stakeholder di Klaten, saat ini produksinya menjadi 100 ton dan tentunya ini ada peningkatan. Dari Bulog sudah mengkaji akan ikut membeli hasil produksi Rajalele Srinuk dan akan ikut menjual serta ikut mempromosikan,” kata Mulyani.

Soal harga, Mulyani mengatakan lantaran beras khusus, harga beras Rajalele Srinuk terutama beras yang dibeli para ASN senilai Rp13.000 per kg. Di tingkat petani, harga beras Rajalele Srinuk bervariasi antara Rp13.000 per kg hingga Rp15.000 per kg.

“Soalnya memang ada yang organik dan nonorganik,” kata Mulyani.

Mulyani mengatakan promosi beras Rajalele Srinuk dilakukan melalui berbagai pameran di tingkat nasional. Selain itu, saban ada tamu, baik dari tingkat pusat maupun daerah ke Klaten, Pemkab menyiapkan oleh-oleh berupa beras Rajalele Srinuk ukuran 1 kg.

“Tujuannya mengenalkan ke seluruh tamu agar ke depannya cocok dengan beras yang enak dan pulen itu sehingga tertarik membeli. Di setiap kemasan oleh-oleh, kami sertakan nomor telepon yang bisa dihubungi untuk membeli beras Rajalele Srinuk,” kata dia.

Baca Juga: Festival Mbok Sri Mulih, Upaya Rawat Tradisi & Pertegas Asale Rajalele Delanggu

Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Delanggu, Sugiyo, mengatakan total luas lahan pertanian di Delanggu sekitar 1.176 ha. Sementara, potensi luas tanam Rajalele Srinuk di Delanggu sekitar 100 ha hingga 200 ha.

Petani Delanggu mulai menanam Rajalele Srinuk pada 2017. Luas tanamnya setiap tahun meningkat. Munculnya varietes Rajalele Srinuk membangkitkan kembali minat petani menanam rajalele.

Sugiyo menjelaskan sudah sejak lama rajalele tak ditanam petani Delanggu yang dikenal sebagai penghasil beras kualitas premium. Kecenderungan petani enggan menanam rajalele lantaran masa tanam yang lebih panjang dibandingkan varietas padi lainnya. Masa tanam hingga panen rajalele bisa mencapai enam bulan.

Hingga muncul Rajalele Srinuk hasil penelitian Pemkab Klaten yang menggandeng Batan. Masa tanam serta ketinggian Rajalele Srinuk hampir sama dengan varietas padi lainnya.

Namun, ciri khas produksi beras rajalele yang dikenal pulen dan wangi masih ada di varietas Rajalele Srinuk. Munculnya varietas Rajalele Srinuk menggerakkan petani Delanggu menanam varietas tersebut.

Baca Juga: Cuaca Tak Menentu, Petani di Klaten Diminta Waspadai Potensi Serangan Wereng

Soal produksi, Sugiyo menilai hasil produksi Rajalele Srinuk di wilayah Delanggu relatif lebih tinggi dibandingkan ditanam di daerah lain.

“Potensi panen itu bisa mencapai 7,5 ton per ha. Ini dikarenakan wilayah Delanggu didukung kondisi tanah yang gembur dan cocok untuk tanam rajalele,” kata dia.

Sugiyo mengatakan peminat beras Rajalele Srinuk saat ini sangat tinggi. Di rice milling unit (RMU) atau usaha penggilingan padi paling kecil, permintaannya bisa mencapai 1 ton per pekan.

Sementara, di RMU paling besar di Delanggu yang melayani kebutuhan Rajalele Srinuk untuk ASN permintaannya bisa mencapai 60 ton per bulan.

Sugiyo mengatakan pemasaran beras Rajalele Srinuk tak hanya kepada ASN. Di Desa Delanggu, petani sudah menjalin kerja sama dengan salah satu rumah makan yang memiliki cabang di berbagai daerah.

Baca Juga: Hindari Pupuk Kimia, Petani di Klaten Ini Kembangkan Nitrobacter Kaya Manfaat



“Khusus di Desa Delanggu itu hasil produksinya tidak masuk ke Perusda [disalurkan ke ASN]. Petani sudah memiliki jaringan sendiri untuk memasarkan beras yang mereka tanam,” kata Sugiyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya