SOLOPOS.COM - Kepala Desa Karangpelem, Kedawung, Sragen, Suwarno, mengenakan pakaian dinas lengkap saat berfoto di depan Pendapa Sumonegaran, Sragen, belum lama ini. (Istimewa/Suwarno)

Solopos.com, SRAGEN — Pemerintah Desa (Pemdes) Karangpelem, Kecamatan Kedawung, Sragen, berinisiatif mencari dan menelisik tentang hari jadi desa. Pemdes akan mengembangkan semua potensi desa menjadi objek wisata dengan harapan bisa mendatangkan pendapatan asli desa (PADes).

Kepala Desa Karangpelem, Kedawung, Sragen, Suwarno, saat ditemui wartawan di kantornya, Senin (13/2/2023), mengungkapkan hari jadi desa awalnya digagas oleh kepala desa sepuh, Suwanto, kemudian dilanjutkan pada pemerintahan sekarang. Dengan mengetahui hari jadi desa, kata dia, Karangpelem bisa mengetahui jati dirinya dan bisa mengetahui budaya dan kearifan lokal yang ada di desa.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Hari jadi desa itu menjadi momentum untuk mengangkat potensi desa. Nantinya menjadi kegiatan tahunan. Tradisi desa dihidupkan kembali seperti kirab budaya dan seterusnya. Kearifan lokal atau adat zaman simbah-simbah dulu juga dihidupkan karena mengandung nilai-nilai kebaikan,” jelasnya.

Kearifan lokal yang dimaksud misalnya rasulan sampai tradisi methil sebelum panen dan suran. Tradisi rasulan itu sebenarnya sudah ada di lingkungan rukun tetangga (RT) tetapi belum dikemas menjadi kegiatan tingkat desa. Sementara sedekah saat panen dengan sebutan methil itu sudah tidak ada sekarang. Sedekah itu wujud tolak balak sehingga dengan tradisi methil itu diharapkan hama-hama pertanian, terutama tikus bisa hilang.

“Di desa lain sudah berkurang banyak untuk hama tikus tetapi di Karangpelem masih banyak. Kami sudah berupaya untuk pengadaan burung hantu dengan dana desa Rp30 juta di 2021 dan Rp50 juta di 2022 tetapi masih ada. Menghidupkan tradisi methil itu juga usulan warga sebagai tolak balak,” kata Suwarno.

Dia menerangkan methil itu sebenarnya wujud syukur kepada Tuhan atas panen yang melimpah. Dalam doa-doanya pun, kata dia, sebagai tolak balak supaya dijauhkan dari berbagai hama dan penyakit. “Keluhan petani sekarang selain hama juga pupuk bersubsidi yang kurang. Padahal Karangpelem ini surplus untuk padi tetapi untuk kebutuhan pupuk, petani sampai beli pupuk nonsubsidi dengan harga yang mahal. Saya sudah wanti-wanti kalau ada pelanggaran supaya dilaporkan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya