Soloraya
Senin, 13 Februari 2023 - 20:24 WIB

Kembangkan Potensi Wisata, Hari Jadi Desa Karangpelem Sragen Ditelusuri

Tri Rahayu  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Desa Karangpelem, Kedawung, Sragen, Suwarno, mengenakan pakaian dinas lengkap saat berfoto di depan Pendapa Sumonegaran, Sragen, belum lama ini. (Istimewa/Suwarno)

Solopos.com, SRAGEN — Pemerintah Desa (Pemdes) Karangpelem, Kecamatan Kedawung, Sragen, berinisiatif mencari dan menelisik tentang hari jadi desa. Pemdes akan mengembangkan semua potensi desa menjadi objek wisata dengan harapan bisa mendatangkan pendapatan asli desa (PADes).

Kepala Desa Karangpelem, Kedawung, Sragen, Suwarno, saat ditemui wartawan di kantornya, Senin (13/2/2023), mengungkapkan hari jadi desa awalnya digagas oleh kepala desa sepuh, Suwanto, kemudian dilanjutkan pada pemerintahan sekarang. Dengan mengetahui hari jadi desa, kata dia, Karangpelem bisa mengetahui jati dirinya dan bisa mengetahui budaya dan kearifan lokal yang ada di desa.

Advertisement

“Hari jadi desa itu menjadi momentum untuk mengangkat potensi desa. Nantinya menjadi kegiatan tahunan. Tradisi desa dihidupkan kembali seperti kirab budaya dan seterusnya. Kearifan lokal atau adat zaman simbah-simbah dulu juga dihidupkan karena mengandung nilai-nilai kebaikan,” jelasnya.

Kearifan lokal yang dimaksud misalnya rasulan sampai tradisi methil sebelum panen dan suran. Tradisi rasulan itu sebenarnya sudah ada di lingkungan rukun tetangga (RT) tetapi belum dikemas menjadi kegiatan tingkat desa. Sementara sedekah saat panen dengan sebutan methil itu sudah tidak ada sekarang. Sedekah itu wujud tolak balak sehingga dengan tradisi methil itu diharapkan hama-hama pertanian, terutama tikus bisa hilang.

“Di desa lain sudah berkurang banyak untuk hama tikus tetapi di Karangpelem masih banyak. Kami sudah berupaya untuk pengadaan burung hantu dengan dana desa Rp30 juta di 2021 dan Rp50 juta di 2022 tetapi masih ada. Menghidupkan tradisi methil itu juga usulan warga sebagai tolak balak,” kata Suwarno.

Advertisement

Dia menerangkan methil itu sebenarnya wujud syukur kepada Tuhan atas panen yang melimpah. Dalam doa-doanya pun, kata dia, sebagai tolak balak supaya dijauhkan dari berbagai hama dan penyakit. “Keluhan petani sekarang selain hama juga pupuk bersubsidi yang kurang. Padahal Karangpelem ini surplus untuk padi tetapi untuk kebutuhan pupuk, petani sampai beli pupuk nonsubsidi dengan harga yang mahal. Saya sudah wanti-wanti kalau ada pelanggaran supaya dilaporkan,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif