SOLOPOS.COM - Peserta mengikuti Nikah Massal di Masjid Sheikh Zayed, Solo, Kamis (11/1/2024). Kementerian Agama Kota Solo mengadakan nikah massal bertajuk Kemenag Surakarta Mantu tersebut diikuti sekitar 9 pasangan dalam rangka Hari Amal Bhakti Ke-78. Kegiatan tersebut dilakukan secara gratis. (Solopos.com/Joseph Howi Widodo).

Solopos.com, SOLO–Sembilan pasangan akhirnya menjadi suami-istri saat mengikuti nikah massal di Masjid Sheikh Zayed, Solo, Kamis (11/1/2024).

Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Solo sebagai penyelenggara turut mengadakan resepsi dengan tajuk Kemenag Mantu.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Senyum semringah mengembang begitu para calon pengantin turun dari kendaraan wisata berbasis listrik di halaman Masjid Sheikh Zayed, Solo, pukul 08.30 WIB.

Mereka dikawal personel Polsek Banjarsari dari Kantor Kemenag Solo menuju masjid hibah Uni Emirat Arab itu untuk mengikuti akad nikah. Para lelaki menggandeng belahan jiwanya.

Ada juga salah satu mempelai laki-laki jongkok membantu memakaikan alas kaki pasangannya begitu sadar alas kakinya bermasalah. Kemudian keduanya bergandengan menuju main prayer Masjid Sheikh Zayed.

Selanjutnya sembilan pasangan membaca ayat suci Al-Qur’an lalu mendengarkan khotbah nikah. Sesi selanjutnya adalah pelaksanaan akad nikah yang dibantu petugas Kemenag Solo.

Momen sakral itu yang paling ditunggu sembilan pasangan. Acara berjalan lancar. Meskipun ada yang harus mengulang karena grogi.

Seperti Suwito, 58, bersama pasangannya Krismiati, 47. Suwito grogi saat ijab kabul. “Diulang dua kali, grogi,” kata bapak tiga anak itu sambil tertawa.

Suwito menjelaskan Masjid Sheikh Zayed yang megah menjadi tempat pada momentum sakral pernikahannya itu yang membuat grogi.

Suwito merupakan duda setelah istrinya meninggal dunia tiga tahun lalu. Sedangkan Krismiati menjadi janda setelah suaminya tutup usia 12 tahun lalu. Suwito dan Krismiati pertama kenal November 2022 melalui Facebook.

Suwito pun menelepon Krismiati menggunakan platform Messenger. Keduanya kencan pertama di dekat Monumen Keris, Solo.

Tanpa ragu Suwito mengungkapkan perasaan suka kepada Krismiati. Lalu mengajak menikah. Namun, Krismiati selalu menjawab tunggu dulu sebelum ada pengumuman program menikah masal dari Kemenag Solo.

“Kami saling mengenal, bertemu, cocok, dan berencana mau menikah Juli, namun ada kendala. Terus ada pernikahan massal kami mendaftar, pengin banget nikah di masjid ini. Menikah kali kedua bahagia banget dari pada yang dulu,” kata Krismiati.

Pernikahan itu didukung anak-anak Krsmiati maupun Suwito. Nikah massal tidak hanya diikuti oleh warga yang sudah punya pengalaman menikah. Namun, bagi pasangan muda.

Seperti Muhammad Wasya Afriyanto, 28 dan R.A. Koosretno Tri Utami, 26, yang telah menjalin hubungan kekasih delapan tahun terakhir. Wasya tidak melewatkan kesempatan menikah begitu ada pengumuman dari Kemenag Solo.

“Untuk biaya nikah kan harus mengumpulkan dulu dan gak tahu terkumpul kapan. Yang ini sudah pasti [tanggal nikahnya pasti dan gratis untuk menikah di Masjid Sheikh Zayed dan resepsi nikah],“ ujarnya.

Selain akad nikah, Kantor Kemenag Solo menggelar resepsi nikah. Halaman Kantor Kemenag Solo dibangun tenda dan dekorasi seperti tempat resepsi nikah pada umumnya.

Para aparatur sipil negara (ASN) laki-laki mengenakan beskap dan jarit. Sedangkan para perempuan mengenakan pakaian kebaya dan jarit. Mereka menjadi among tamu. Namun, ada petugas lain yang tetap memberikan layanan kepada masyarakat.

Resepsi nikah dilakukan dengan adat Jawa. Pesta pernikahan itu dihadiri keluarga besar sembilan pasangan. Bahkan para mitra Kantor Kemenag Solo mengirim karangan bunga ucapan bahagia, misalkan perbankan dan usaha ketering.

Kepala Kantor Kemenag Solo Hidayat Maskur menjelaskan banyak warga yang sudah kawin namun belum tercatat. Hidayat tidak hafal data secara detail namun data itu dimiliki Pemkot Solo.

“Kami menemukan banyak termasuk itsbat nikah [pengesahan nikah] karena nikahnya tidak dicatatkan. Mereka nikah siri ketika punya anak bingung akhirnya itsbat nikah,” kata dia.

Hidayat menjelaskan ada 10 pasangan yang mendaftar, namun satu pasangan mengundurkan diri. Usia paling muda 27 tahun dan usia paling senior 60 tahun. Salah satu syarat mengikuti nikah masal adalah masyarakat berpenghasilan rendah.

Selain banyak perkawinan belum tercatat, kata Hidayat, Kemenag Mantu merupakan salah satu bentuk promosi Masjid Sheikh Zayed yang bisa digunakan untuk menikah warga Solo maupun luar kota.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya