Soloraya
Kamis, 8 Februari 2024 - 13:24 WIB

Kementan Perketat Pengawasan Obat Hewan dengan Menggandeng Asohi Jateng

R Bony Eko Wicaksono  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Para peserta mengikuti acara sarasehan temu anggota Asohi Jawa Tengah di Hotel Megaland Solo, Rabu (7/2/2024). (Solopos.com/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SOLO–Kementerian Pertanian (Kementan) bakal memperketat pengawasan antibiotik obat hewan yang dijual secara online di e-commerce dengan menggandeng para stakeholders.

Selama ini, pemerintah telah melarang penggunaan AGP atau Antibiotic Growth Promotor yang berdampak bagi kesehatan hewan dan manusia.

Advertisement

Hal ini diungkapkan Kepala Sub Direktorat Pengawasan Obat Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Ni Made Ria Isriyanthi, saat acara sarasehan temu anggota Asosiasi Obat Hewan Indonesia (Asohi) Jawa Tengah di Hotel Megaland Solo, Rabu (7/2/2024).

Pengawasan terpadu obat hewan dilakukan secara sinergitas dengan BPOM, Dinas Pertanian di kota/kabupaten dan anggota Asohi.

Advertisement

Pengawasan terpadu obat hewan dilakukan secara sinergitas dengan BPOM, Dinas Pertanian di kota/kabupaten dan anggota Asohi.

“Pengawasan obat hewan bakal diperketat dengan melibatkan peran serta masyarakat. Serta organisasi asosiasi seperti Asohi di setiap provinsi,” kata dia, Rabu (7/2/2024).

Wanita yang akrab disapa Ria ini mengatakan pemerintah telah melarang penggunaan Antibiotic Growth Promotors (AGP) dalam imbuhan pakan ternak karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia.

Advertisement

Dalam aturan itu, produsen obat hewan diminta tidak menggunakan AGP dalam formula pembuatan pakan. “Resistensi antimikroba (AMR) termasuk antibiotik yang berpotensi menjadi ancaman baru bagi kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Peningkatan kesadaran dari semua pemangku kepentingan dibutuhkan seperti petugas kesehatan hewa, produsen, dan pedagang obat hewan,” ujar dia.

Ria menambahkan pemerintah juga telah melarang penggunaan colistin di sektor peternakan. Hal ini bagian dari upaya pengendalian AMR bagi kesehatan manusia.

Penggunaan colistin dapat memicu terjadinya resistensi bakteri sehingga berpotensi menyebar dari hewan ke manusia baik secara langsung maupun melalui produk ternak setelah mengonsumsinya.

Advertisement

Sementara itu, Ketua Umum Asohi Jawa Tengah, Agus Eko Sulistyo mengatakan acara tersebut merupakan agenda rutin yang digelar pengurus Asohi Jawa Tengah guna memperkuat kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan beragam problem yang dihadapi produsen obat hewan.

Agus berharap para peserta mendapat pengetahuan dan wawasan soal kebijakan pembatasan antibiotik di sektor peternakan.

Acara sarasehan itu dihadiri perwakilan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), perwakilan Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) dan distributor obat hewan di Jawa Tengah.

Advertisement

“Selain itu,ada pula pembahasan mengenai implementasi perizinan sistem online single submission (OSS) agar lebih mudah dan cepat,” ujar dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif