Soloraya
Selasa, 8 Februari 2022 - 07:45 WIB

Kemiskinan Meningkat, Segini Kebutuhan Hidup Standar Masyarakat di Solo

Mariyana Ricky P.d  /  Kurniawan  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tentang kemiskinan (Antaranews.com)

Solopos.com, SOLO — Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Solo menyebut tingkat kemiskinan di Kota Solo kian meningkat. Hal ini tak lepas dari dampak Pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Begitu pula tingkat kedalaman warga miskin yang semakin dalam terjerat kemiskinan.

Kepala BPS Solo, Totok Tavirijanto, mengatakan jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan sebelum Pandemi 2019 sebanyak 45.180 penduduk atau 8,7%.

Advertisement

Dalam kurun waktu dua tahun ini meningkat menjadi 47.030 penduduk miskin atau 9,03% di 2020 dan di 2021 menjadi 48.790 penduduk miskin atau 9,4%.

“Kondisi ini per Maret 2021, jadi belum sampai akhir tahun. Tapi, fakta kemiskinan itu semakin meningkat terlihat karena Pandemi dimulai Maret 2020. Dibandingkan 2019, terjadi peningkatan yang signifikan,” kata dia, dihubungi Solopos.com, Senin (7/2/2022).

Advertisement

“Kondisi ini per Maret 2021, jadi belum sampai akhir tahun. Tapi, fakta kemiskinan itu semakin meningkat terlihat karena Pandemi dimulai Maret 2020. Dibandingkan 2019, terjadi peningkatan yang signifikan,” kata dia, dihubungi Solopos.com, Senin (7/2/2022).

Baca Juga: Duh, Angka Kemiskinan Solo Tertinggi Kategori Kota di Jateng Versi BPS

Totok menjelaskan selain kuantitas kemiskinan yang meningkat, tingkat kemiskinan yang dialami warga miskin juga semakin dalam.

Advertisement

Sedangkan indeks keparahan kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) dalam dua tahun terakhir terus mengalami kenaikan.

Semakin besar nilai P1 maka semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk miskin dibanding dengan garis kemiskinan. Dan semakin besar nilai P2 maka lebar ketimpangan rata-rata pengeluaran antar penduduk miskin.

Baca Juga: Kemiskinan di Solo Meningkat Jadi 9,4% , Warga Miskin Makin Miskin

Advertisement

Pada 2019, kebutuhan hidup standar masyarakat untuk sebulan senilai Rp473.616, sementara pada 2021 meningkat menjadi Rp511.216. Artinya, kebutuhan hidup untuk berada di atas garis kemiskinan terus mengalami peningkatan.

“Padahal, dari sisi pendapatan, banyak yang berkurang karena ada yang kehilangan pekerjaan, mengalami pengurangan jam kerja, dan sebagainya. Mereka kesulitan mencukupi kebutuhan yang ternyata juga semakin tinggi untuk berada di batas kelayakan hidup,” jelas Totok.

Baca Juga: Bupati Sragen Sambat ke Wagub Soal Angka Kemiskinan yang Tak Juga Turun

Advertisement

Tertinggi Kategori Kota

Sebelumnya diberitakan, persentase angka kemiskinan Kota Solo tahun 2020 berdasarkan data Kota Solo Dalam Angka Tahun 2021 yang dirilis Badan Pusat Statistik menjadi yang tertinggi untuk kategori kota di Jawa Tengah (Jateng).

Ada enam kota di Jateng yakni Solo (Surakarta), Magelang, Salatiga, Semarang, Pekalongan, dan Tegal. Persentase penduduk miskin Solo tahun 2020 berdasarkan data tersebut dilaporkan 9,03 persen.

Persentase tersebut merujuk jumlah penduduk miskin dikomparasikan dengan jumlah penduduk Solo pada tahun yang sama. Angka persentase penduduk miskin merujuk hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan BPS pada Maret 2021.

Dari survei yang sama diketahui jumlah penduduk miskin Solo sebanyak 47.030 orang. Jumlah itu meningkat dibandingkan jumlah penduduk miskin Solo pada 2019 sebanyak 45.180 orang dengan angka persentase kemiskinan 8,70 persen.

Merujuk hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan BPS, persentase penduduk miskin lima kota lain di Jateng yakni Tegal 7,80 persen dan Magelang 7,58 persen. Kemudian Pekalongan 7,17 persen, Salatiga 4,94 persen, dan Semarang 4,34 persen.

Baca Juga: Ketimpangan Pengeluaran dan Pengaruh Buta Huruf Terhadap Kemiskinan

Meskipun begitu, ia meyakini kondisi pada 2022 bakal lebih baik mengingat geliat pemulihan ekonomi sejak semester dua 2021.

Dari tingkat inflasi yang naik, menjadi tolok ukur bahwa dorongan dan daya beli masyarakat yang meningkat, serta pasar dibanjiri permintaan.

“Bertambahnya angka kemiskinan ini tentu diperlukan kerja bersama antar elemen dan strategi jitu agar keluar dari keterpurukan dan pengentasan kemiskinan kembali berhasil,” ucapnya.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif