Solopos.com, WONOGIRI - Seorang warga Kelurahan Giripurwo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Karni, memiliki Kartu Keluarga Sejahtera atau KKS. Namun, dia tak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
KKS itu sebenarnya bisa digunakan untuk menukarkan bantuan sembako di e-warung atau warung elektronik. Namun, sudah 16 bulan terakhir Karni bolak-balik ke warung elektronik, hasilnya tetap nihil.
Karni tinggal di Alas Kethu Wonogiri timur petilasan pasalatan Sunan Giri, Lingkungan Salak, Giripurwo. Jarak rumahnya dengan warung elektronik cukup jauh. Setiap datang ke e-warung di Kelurahan Giripurwo, Wonogiri, dia membawa KKS bernomor 1946-9019-1055-7770 yang tercetak atas namanya.
Aturan Akad Nikah di Rumah Ibadah Saat New Normal, Peserta Maksimal 30 Orang
Aturan Akad Nikah di Rumah Ibadah Saat New Normal, Peserta Maksimal 30 Orang
Kartu yang berlaku sejak 2018 hingga Februari 2023 itu sebagai bukti Karni sebagai penerima Program Sembako (sebelumnya Program Bantuan Pangan Non Tunai atau BPNT). Bantuan berupa beras, telur, daging ayam, tahu, dan tempe.
Namun, setiap kali datang perempuan 60 tahun itu hanya pulang dengan tangan hampa. Tak pernah sekali pun dia bisa mengambil bahan pokok bantuan pemerintah. Setiap KKS miliknya digesekkan ke mesin electronic data capture (EDC) saldonya nol.
Simpang Siur Kapan Sekolah Dibuka Bikin Guru Bingung, Mohon Penjelasan Pak Menteri!
“Saya sudah bersabar 16 bulan lamanya. Sampai berapa lama lagi harus bersabar. Setiap ada penyaluran bantuan setiap bulan saya selalu diberi kabar petugas di warung. Saya selalu datang, tapi enggak pernah bisa dapat bantuan. Sementara, saya dan suami sangat membutuhkan bantuan ini,” ucap Karni sembari terisak menceritakan kepahitan yang dirasakannya, Sabtu (30/5/2020) siang.
Dia melalui anaknya, Edi Supriyanto, 30, kerap menanyakan masalah itu kepada pihak rukun tetangga (RT), kelurahan, hingga ke bank yang ditunjuk pemerintah sebagai pihak yang mentransfer dana bantuan. Namun, tidak ada satu pun pihak yang dapat memberi solusi.
Edi heran mengapa ada orang yang mempermainkan orang miskin seperti keluarganya. Dia kadang bertanya-tanya, apa keluarganya yang sudah 20 tahun hanya bermukim di gubuk reyot dalam hutan, tak memiliki listrik, dan makan seadanya bersama nyamuk-nyamuk kurang miskin, sehingga tak pernah mendapat bantuan.
Polisi Selidiki Teror terhadap Tenaga Kesehatan di Sragen yang Tangani Covid-19
“Kami kelara-lara. Keluarga saya terdata, punya KKS, tapi enggak pernah bisa mengambil bantuan. Kami seperti “dikerjai” atau bahasa sekarang kena prank. Sakit sekali hati kami,” kata Edi yang hari itu menemani Karni.