SOLOPOS.COM - JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri Sejumlah guru SD, SMP, SMA, SMK, negeri dan swasta di Kabupaten Klaten mengikuti pelatihan Tari Luyung (lurik dan payung) di Gedung UKDN Klaten, Rabu (27/3/2013).

JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri
Sejumlah guru SD, SMP, SMA, SMK, negeri dan swasta di Kabupaten Klaten mengikuti pelatihan Tari Luyung (lurik dan payung) di Gedung UKDN Klaten, Rabu (27/3/2013).

Selendang warna kuning terikat di pinggang Sisilia Eka Wahyuni. Anggota Sanggar Tari Kusuma Aji ini berada di barisan depan dalam pelatihan Tari Luyung di Gedung UKDN di Klaten, Rabu (27/3/2013).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Gerakan tangan dan kaki guru SD di Jogja ini terlihat gemulai memainkan selendang yang terikat di pinggang. Dengan penuh percaya diri, dia terus menari mengikuti irama musik yang mengalun merdu. Sebuah payung kertas yang teronggok di lantai diraihnya. Perlahan dia membuka payung kertas sembari melanjutkan menari. Di tangannya, payung kertas itu berputar-putar, membuka, menutup, mengikuti irama.

Eka, sapaan akrabnya, merupakan salah satu pelatih Tari Luyung yang diikuti ratusan guru SD, SMP, SMA, dan SMK di Klaten. Tari Layung diciptakan oleh seniman asal Jogja, Tejo Sulistyo, pada 2010 lalu. Tarian ini sengaja dibuat untuk mengenalkan potensi kerajinan unggulan asli Klaten. Kata Luyung berasal dari penggalan kata lurik dan payung. Lurik merupakan kain tenun yang dibuat menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM).

Hingga kini kerajinan kain lurik masih lestari di beberapa kecamatan di Klaten seperti Bayat, Cawas dan Pedan. Pada zaman dahulu, kain lurik hanya digunakan untuk bahan pembuatan stagen. Namun, akhir-akhir ini cukup banyak kreasi berbahan dasar kain lurik.

Payung kertas merupakan salah satu kerajinan di Klaten yang sudah melegenda. Kerajinan ini banyak dikembangkan di Desa Kenaiban, Kecamatan Juwiring. Hingga kini kerajinan payung kertas di desa ini masih tetap lestari. Payung kertas merupakan sumber penghasilan warga Desa Kenaiban selain bercocok tanam.

“Dua kerajinan ini adalah ikon Klaten. Kami ingin mengenalkan ikon itu melalui Tari Luyung. Tari ini dibawakan oleh penari yang mengenakan pakaian lurik lengkap dengan selendang serta payung kertas,” terang Tejo saat ditemui wartawan di sela-sela acara.

Tari Luyung pernah dipentaskan Sanggar Tari Kusuma Aji dan meraih Juara III pentas tari di Semarang pada 2011 lalu. Atas keberhasilan itu, Sanggar Tari Kusuma Aji diundang ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) untuk mementaskan Tari Luyung.

“Kami sengaja mengajak kalangan guru untuk belajar membawakan Tari Luyung. Kami berharap mereka bisa menularkan kemampuan menari kepada peserta didik di sekolah. Rencananya, tahun depan kami akan menggelar lomba Tari Luyung antarsekolah di Klaten untuk memasyarakatkan kesenian ini,” tandas Pimpinan Sanggar Tari Kusuma Aji, Sayekti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya