SOLOPOS.COM - Pelukis asal Solo, Arfial Arsad Hakim (kanan) berbincang dengan Dekan FRSD UNS Solo, Rahmanu Widayat, ketika pembukaan pameran dua sahabat Arfial-Sunarto di Rumah Seniman Arfial, Colomadu, Karanganyar, Kamis (31/8/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO–Terdapat 18 lukisan yang dipajang pada gelaran pameran bertajuk Pameran Bareng Dua Sahabat Arfial-Sunarto di Rumah Seniman Arfial, Madu Asri Blok A Nomor 3, Gawanan, Colomadu, Karanganyar. 

Pameran berlangsung pada 30 Agustus 2023 hingga 3 September 2023 itu memang sengaja dibuat oleh perupa sekaligus akademisi asal Kota Solo, Arfial Arsad Hakim.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dirinya sengaja membuat pameran itu untuk mengenang sahabatnya yang juga perupa, Sunarto. Terdapat sepuluh karya Arfial dan delapan karya Sunarto yang terpajang di pameran itu.

“Pak Narto itu sahabat saya semasa kuliah, kita lulus bareng, jadi dosen UNS bareng, dan sering pameran barang. Terakhir kami pameran bareng di Australia setelah itu beliau wafat,” kata dia ketika ditemui di rumahnya, Rabu (30/8/2023).

Dia merasa ada kerinduan untuk tetap bersama Sunarto. Kerinduan itu dituntaskan melalui pameran yang diadakan di teras rumahnya itu. Arfial merasa tetap bisa bersama dengan sahabatnya itu melalui karya tinggalan Sunarto.

“Orang bisa wafat, tapi kan karya hidup terus, karya itu tidak pernah mati. Karena itu karyanya yang saya ajak untuk pameran,” kata dia. Sengaja memilih rumah pribadinya lantaran, menurut dia, sulit menemukan tempat atau galeri seni di Solo.

Terdapat perbedaan antara karya lukis Arfial dan Sunarto. Arfial lebih banyak melukis pemandangan alam, sedangkan lukisan-lukisan Sunarto berangkat dari rajah atau jimat.

Arfial mengaku sejak kecil memang akrab dengan alam dan itu mempengaruhinya dalam berkarya. Di sisi lain, sejak awal belajar, dia lebih banyak melukis naturalis atau pemandangan alam.

“Saya suka yang dulu saya contek waktu baru belajar itu seorang maestro pelukis pemandangan alam namanya ??Wakidi,” kata dia.

Baginya alam yang dilukis itu merupakan salah satu media perenungan terhadap sesuatu yang Maha Pencipta dan Maha Indah. Dia merasa pemandangan alam tidak pernah habis sebagai sumber hidup.

“Pada saat saya jalan-jalan, saya selalu memperhatikan alam, dan itu sangat menyentuh, karena itu saya masih merasa alam sebagai sumber ide itu tidak akan pernah habis,” kata dia.

Meski sering melukis alam, lukisannya tidak bisa disebut beraliran naturalisme. Dia sendiri susah untuk mendefinisikan lukisan-lukisannya yang terpajang di pameran itu termasuk dalam aliran apa.

“Kombinasi dari sekian banyak aliran, bisa di situ ada semacam impresionisme, naturalis, tapi di situ juga ada dekoratifnya, ada suasana kontemplatifnya. Tapi kalau penulis kritikus seni rupa mengatakan masuk di dalam kelompok lirisme-humanisme,” kata dia.

Sementara lukisan-lukisan Sunarto yang terpajang di pameran, kebanyakan bersifat abstrak. Alfian mengenal sahabatnya itu sebagai pelukis yang selalu terinspirasi dari rajah. Rajah sendiri adalah simbol yang biasanya tertulis di dalam jimat.

“Karena dia berangkat dari rajah itu, jadi ada nilai-nilai simbolik di dalamnya, tapi secara umum lukisan itu masuk kategori abstrak. Karena kan non objek ya, seakan-akan hanya komposisi, tekstur, dan warna,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya