Soloraya
Selasa, 9 Agustus 2022 - 11:15 WIB

Kenapa Orang Solo Doyan Makan Sate Kambing & Tengkleng?

Chelin Indra Sushmita  /  Kurniawan  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi sate kambing khas Solo. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Kota Solo di Jawa Tengah memiliki ragam sajian kuliner khas yang menggugah selera. Dari sekian banyak, apakah Anda menyadari bahwa orang Solo ternyata doyan makan aneka olahan kambing, kenapa ya?

Jika diperhatikan, ada banyak olahan kuliner kambing yang dijajakan di Kota Bengawan. Mulai dari sate, tengkleng, hingga tongseng kambing yang menggoyang lidah.

Advertisement

Hampir di setiap sudut kota kelahiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) ditemukan penjual kuliner kambing. Bahkan, sate kambing dan olahan kuliner lain berbahan kambing yang dimasak orang Solo memiliki cita rasa yang begitu lezat.

Perpaduan bumbu kecap dengan irisan bawang merah dan cabe membuat sate kambing khas Solo menjadi banyak incaran wisatawan yang berkunjung ke kota ini.

Advertisement

Perpaduan bumbu kecap dengan irisan bawang merah dan cabe membuat sate kambing khas Solo menjadi banyak incaran wisatawan yang berkunjung ke kota ini.

Lantas, kenapa orang Solo begitu makan olahan kuliner berbahan dasar kambing?

Baca juga : Ingin Rasakan Tengkleng Kepala Kambing Utuh di Sragen, Segini Harganya

Advertisement

Di sana banyak warung yang menjajakan sate kambing. Bahkan tempat penjagalan kambing berada di Semanggi.

Konon, daging kambing dulu merupakan makanan yang banyak disajikan pedagang Arab kepada bangsawan di Kota Solo. Lambat laun, kelezatan sate kambing itu pun digemari raja-raja Solo tempo dulu. Sampai akhirnya muncul aneka olahan daging kambing yang digemari bangsawan Solo.

Baca juga : Torpedo Kambing Bisa Tingkatkan Gairah Seksual, Mitos atau Fakta?

Advertisement

Sementara olahan kambing berupa tengkleng yang juga terkenal seantero negeri lahir dari kreativitas wong Solo pada masa penjajahan Jepang.

“Penemuan tengkleng ini hasil kreativitas di dapur di tengah situasi yang sangat pelik, yaitu era [penjajahan] Jepang. Saat itu sedang kondisi susah, orang Solo menemukan tengkleng,” ujar penulis buku Keplek Ilat: Sejarah Wisata Kuliner Solo, Heri Priyatmoko, kepada Solopos.com, Rabu (3/8/2022).

Dalam perkembangannya, tengkleng tidak hanya dikonsumsi masyarakat kalangan bawah, tapi juga kalangan priyayi. Fenomena itu, menurut Heri, membuktikan tengkleng mampu menunjukkan jati diri dan harga dirinya yang tinggi untuk kategori kuliner.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif