SOLOPOS.COM - Sejumlah personel Tim Operasi Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang terdiri dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) dan penerbang Pesawat Hercules TNI AU menggelar rapat koordinasi di Ruang Merbabu Bandara Adi Soemarmo, Minggu (3/3/2013) siang. (JIBI/SOLOPOS/Mahardini Nur Afifah)

Sejumlah personel Tim Operasi Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang terdiri dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) dan penerbang Pesawat Hercules TNI AU menggelar rapat koordinasi di Ruang Merbabu Bandara Adi Soemarmo, Minggu (3/3/2013) siang. (JIBI/SOLOPOS/Mahardini Nur Afifah)

Sejumlah personel Tim Operasi Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang terdiri dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) dan penerbang Pesawat Hercules TNI AU menggelar rapat koordinasi di Ruang Merbabu Bandara Adi Soemarmo, Minggu (3/3/2013) siang. (JIBI/SOLOPOS/Mahardini Nur Afifah)

BOYOLALI – Keberhasilan penerapan teknologi modifikasi cuaca oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk mengurangi intensitas curah hujan pada pengamanan Banjir Jakarta akhir Januari 2013 dan pelaksanaan Sea Games XXVI di Palembang 2011 lalu, mendorong Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menerapkannya di daerah potensi bencana lain.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

BNPPB kembali menggandeng BPPT pada penerapkan teknologi modifikasi curah hujan (TMC) untuk mengantisipasi banjir di hilir daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo dan banjir lahar dingin di Gunung Merapi, mulai Minggu (3/3) hingga akhir Maret 2013.

Operasi TMC yang bertujuan untuk mengurangi intensitas curah hujan di sekitar DAS Bengawan Solo dan lereng Gunung Merapi ini dikendalikan melalui Posko di Ruang Merbabu Bandara Adi Soemarmo, Ngemplak, Boyolali. Setiap hari, petugas yang siaga di Posko akan memantau keberadaan awan di sekitar daerah target melalui radar milik Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) dan melalui satu unit mobile radar tipe X-Band Doppler milik BPPT yang ditempatkan di sekitar kawasan bandara.

Untuk pengamatan cuaca, sejumlah personel disebar di Pos Meteorologi di Bojonegoro, Wonogiri, Purwodadi dan Magelang.

Koordinator Lapangan Operasi TMC, Tri Handoko Seto, kepada Espos, Minggu (3/3) siang, menuturkan strategi yang diterapkan untuk mengurangi intensitas curah hujan di sekitar DAS Bengawan Solo dan kawasan lereng Gunung Merapi akan dilakukan dengan metode jumping process dan kompetisi.

Jumping process dilakukan dengan cara menyemai awan dari pesawat yang bertujuan mempercepat proses terjadinya hujan pada awan-awan potensial yang diprediksi bergerak masuk menuju daerah target (hulu Sungai Bengawan Solo dan Gunung Merapi). Proses ini mengadaptasi prinsip katalisasi awan. “Dengan proses ini, awan hujan yang yang akan turun di daerah target, terlebih dahulu jatuh di luar daerah target. Sehingga potensi hujan bisa ditekan,” jelasnya.

Apabila awan hujan sudah terlanjur masuk ke daerah target, penerapan metode jumping process tidak dapat dilakukan. Langkah yang bisa ditempuh adalah dengan metode kompetisi. Metode ini bertujuan memecah awan hujan yang dilakukan dari darat. Pemecahan awan berpotensi hujan dilakukan dengan cara membakar flare dan larutan yang berasal dari 20 Ground Base Generator (GBG) dan Ground Partikel Generator (GPG) yang sudah terpasang di sejumlah lokasi di sekitar Bojonegoro dan lereng Gunung Merapi. “Melalui metode ini, proses pertumbuhan awan pada awan-awan yang berpotensi hujan menjadi terhambat, paparnya.

Rencananya BPPT selama satu bulan ke depan akan menerapkan TMC tiga kali sehari. Apabila dibutuhkan, intensitas operasi TMC bisa ditingkatkan. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, TMC mampu menekan intensitas curah hujan lebih dari 30%. Besarnya pagu anggaran yang disiapkan Pemerintah Pusat untuk menjalankan operasi TMC selama bulan Februari di Jakarta dan Jawa Barat dan bulan Maret di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY ini senilai Rp13 miliar. Seto menilai besarnya anggaran yang dipatok Pemerintah tidak sebanding dengan risiko kerugian yang ditimbulkan akibat banjir yang mencapai triliunan rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya