Soloraya
Minggu, 23 April 2023 - 05:57 WIB

Kentungan dan Obor Jadi Alat Warga di Sragen saat Takbiran Keliling

Tri Rahayu  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga di Dukuh Bangunrejo, Desa Blimbing, Kecamatan Karangmalang, Sragen, melakukan tabir keliling membawa obor di dukuh setempat, Jumat (21/4/2023) malam. (Istimewa/Rini Setyowati)

Solopos.com, SRAGEN–Para warga di Dukuh Bangunrejo, Desa Blimbing, Kecamatan Sambirejo, Sragen, memeriahkan malam takbiran dengan berkeliling kampung dengan membawa obor dari bambu, Jumat (21/4/2023) malam.

Ratusan orang itu berkeliling dukuh sambil mengagungkan Asma Allah lewat kalimat takbir menggunakan pengeras suara.

Advertisement

Anggota panitia takbir keliling, Rini Setyowati, kepada Solopos.com, Sabtu (22/4/2023), menerangkan takbir keliling dengan berjalan kaki sembari membawa obor bambu itu diinisiasi jemaah Masjid Al Huda Bangunrejo, Blimbing.

Selain membawa obor, kata dia, warga orang dewasa dan anak-anak juga membawa peralatan tradisional, yakni kentongan. Takbir keliling itu menjadi meriah.

“Anak-anak, orang tua, remaja, semua ikut semarak. Ada sebanyak 120 orang yang ikut bergabung. Pada Jumat siang warga bergotong-royong dan guyup rukun membuat obor dari bambu. Pada malam hari mereka berkeliling dukuh sejauh sampai 7 km. Dukuh-dukuh lain takbiran keliling pakai tape recorder dan musik dari ponsel kalau kita pakai alat tradisional,” ujar Rini.

Advertisement

Dia mengatakan takbiran jalan kaki baru kali pertama ini dilakukan warga. Dia mengatakan tahun lalu hanya takbiran biasa di seputaran masjid. Dia mengatakan dulu sebelum pandemi Covid-19 pernah ada takbiran pakai obor tapi tidak pakai kentungan, yakni pakai alat musik yang dinaikan ke gerobak.

“Kali ini keliling melewati empat dukuh, yakni Dukuh Bangunrejo, Jatirejo, Sidorejo, dan Blimbing. Lumayan jauh. Lama perjalanan selama 1,5 jam. Kita pilih takbiran keliling karena warga terbiasa jalan kaki di persawahan. Tradisi ini juga untuk melestarikan kebudayaan Jawa. Ini tradisi zaman dulu,” katanya.

Dia menjelaskan obor itu dibuat dari bambu dan sumbu obor menggunakan kain dan serabut kelapa dan di dalamnya diisi minyak tanah. Dia mengatakan semua ibu anggota pengajian jadi panitianya. Biasanya ibu-ibu melakukan pengajuan setiap Sabtu.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif