SOLOPOS.COM - Atap di rumah salah satu warga di dekat landasan pacu Bandara Adi Soemarmo, Ngemplak, Boyolali terlihat berlubang karena genting yang terlepas akibat dampak embusan mesin jet pesawat terbang. Foto diambil akhir pekan lalu. (JIBI/SOLOPOS/Mahardini Nur Afifah)

Atap di rumah salah satu warga di dekat landasan pacu Bandara Adi Soemarmo, Ngemplak, Boyolali terlihat berlubang karena genting yang terlepas akibat dampak embusan mesin jet pesawat terbang. Foto diambil akhir pekan lalu. (JIBI/SOLOPOS/Mahardini Nur Afifah)

Cerahnya langit biru dan heningnya suasana Dukuh Tegalan RT 001/RW 006, Desa Donohudan, Kecamatan Ngemplak, menggerakkan hati Mbah Prenjak, 80, bertandang ke rumah tetangganya, yang tepat berada di depan tempat tinggalnya, akhir pekan lalu.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ketenangan warga ini berlangsung singkat. Tiba-tiba dari arah timur laut melintas pesawat penumpang yang bersiap mendarat ke landasan Bandara Adi Soemarmo. Semula Mbah Prenjak dan Mulyani, 55, terdiam menyaksikan pesawat dengan suara sangat kencang terbang rendah di atas mereka.

Namun keheningan mereka mendadak berubah menjadi kepanikan saat angin kencang dari bagian belakang pesawat berhembus. Tiba-tiba saja sebagian genteng bagian kanan rumah Mbah Prenjak berhamburan. Genteng yang berhamburan tersebut berserakan di atas tempat tidur yang terletak di ruang utama tempat tinggalnya.

Mengetahui kejadian tersebut, Mbah Prenjak langsung bersimpuh dan menangis di halaman rumahnya. Seusai menumpahkan segala kesedihannya, dengan sisa tenaga yang ia punya, Mbah Prenjak berjalan ke rumah anaknya yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Di sana, ia menyuruh anaknya agar segera memperbaiki atap rumahnya yang rusak.

Kepada Solopos.com, tetangga Mbah Prenjak, Mulyani membagikan cerita pagi yang mengoyak ketentraman kampungnya tersebut. “Rasane koyo enek angin barat. Wuss… Terus entute montor mabur kuwi ngunggahke gendeng [rasanya seperti ada angin ribut … lalu kentut pesawat terbang itu menerbangkan genting],” kisahnya.

Warga yang telah 30 tahun lebih tinggal di dekat Bandara Adi Soemarmo ini membeberkan semula Desa Dohohudan yang ia tinggali ini aman dan tenteram. Namun, semenjak landasan pacu bandara diperluas ke arah timur, kejadian genteng yang berhamburan dan tembok bengkah bagai keseharian.

Warga sekitar lain, Karni, 45, mengatakan meskipun kejadian genteng beterbangan cukup sering menimpa warga desanya. Namun warga sekitar sudah pesimistis mengupayakan hak ganti rugi mereka karena tak kunjung direspons pengelola bandara. “Warga di sini sudah malas melapor. Sia-sia tidak dapat apa-apa. Paling hanya dibenahi sendiri. Delapan tahun lalu, pas kejadian ada warga yang langsung lapor ke bandara. Pilotnya langsung ke sini ngasih bantuan. Tapi cuma sekali itu saja. Habis itu tidak ada lagi yang ditanggapi,” keluhnya.

Tinggal di kawasan yang berjarak kurang dari tiga kilometer dari ujung landasan pacu bandara tidak memberikan banyak pilihan bagi Mbah Prenjak, Mulyani, Karni dan warga sekitarnya. Mereka hanya berharap agar bisa menikmati sisa usia senjanya dengan tenteram.

Kades Donohudan, Sutrapsilo, bersama warga sekitar sempat memperjuangkan hak mereka hingga ke kalangan Dewan. Layangan surat aduan pascakejadian genteng beterbangan karena jet blast pesawat sudah tak berbilang. Namun segenap upaya yang mereka tempuh belum menemukan titik terang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya