SOLOPOS.COM - Sekda Solo Ahyani memberikan emas dan keris kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo Siti Wahyuningsih didampingi Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka di aula Dinas Kesehatan Kota Solo, Balai Kota Solo, Senin (30/10/2023). Siti Wahyuningsih pensiun per 1 November 2023. (Istimewa/Dokumentasi Pemkot Solo)

Solopos.com, SOLO– Siti Wahyuningsih pensiun setelah 17 tahun menjadi Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo atau 34 tahun mengabdi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemkot Solo, Rabu (1/11/2023). 

Inovasinya berupa program Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Solo (PKMS) berhasil  dibawa Presiden Jokowi menjadi kebijakan pemerintah pusat, yakni Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ning, sapaan akrabnya pernah bertugas di Puskesmas Gilingan, Setabelan, dan Puskesmas Gajahan ketika awal menjadi ASN Pemkot Solo. Selanjutnya Ning dipindah tugas ke Dinas Kesehatan Kota Solo dengan jabatan Kepala Seksi Gizi Masyarakat pada 2002.

Kemudian, Kepala Bidang Pengendalian  Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Solo pada 2006. Tanggung jawab menjadi pejabat di Dinas Kesehatan Kota Solo semakin besar, salah satunya mengelola APBD.

“Saya setiap pekerjaan punya prinsip berprestasi, melaksanakan tugas dengan baik, kerja keras, kerja cerdas, ikhlas. Jadi banyak orang gak suka ke kami. Kami introspeksi ikut berupaya lebih baik terutama saya sendiri kritikan masukan harus saya nikmati,” jelas dia, Senin (30/10/2023).

Kemudian Ning menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo pada 2007 pada era Wali Kota Solo Joko Widodo (Jokowi). Ning dipilih menjadi Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo tanpa seleksi.

Jokowi menanyakan komitmen Ning menjadikan layanan Kota Solo lebih baik dari layanan kesehatan wilayah sekitar pada sesi wawancara. Ning pun menyanggupi tantangan Jokowi.

“Saya mau tapi harus membangun sistem. Saya gak selamanya menjadi kepala dinas, bapak tak selamanya jadi wali kota. Sistem yang akan membantu melayani masyarakat,” jelas dia.

Selanjutnya Ning menginisiasi PKMS pada 2007. Program itu diadopsi Jokowi ketika menjadi Presiden dengan JKN-KIS. PKMS terus berjalan seiring dengan JKN-KIS sehingga lebih banyak menjangkau masyarakat.

Menurut dia, pasien pertama yang dibantu melalui program PKMS merupakan pasien yang harus cuci darah serta komplikasi. Pasien itu dirawat di rumah sakit swasta, tepatnya Rumah Sakit Kasih Ibu Solo.

Ning mengapresiasi rumah sakit swasta di Kota Solo mendukung program-program Pemkot Solo. Ning meyakinkan Jokowi pasien dengan cuci darah harus dikaver karena mereka bisa cuci darah hingga dua kali sepekan. Apabila pasien itu tidak mendapatkan perlindungan bisa meninggal dunia.

“Tugas kepala organisasi perangkat daerah [OPD] menjabarkan apa yang dimaui pimpinan sehingga jangan takut ngomong dengan pimpinan kalau ada yang tak pas. Saya dengan Pak Jokowi saling diskusi,” papar dia.

Menurut Ning, Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo tetap melanjutkan program PKMS. Rudy dinilai memiliki pandangan yang sama dengan Ning yang peduli dengan orang miskin atau masyarakat berpenghasilan rendah.

Selain itu, Ning juga merasakan kepemimpinan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Tantangan yang paling besar selama bertugas adalah menghadapi pandemi Covid-19. Kota Solo sempat kekurangan oksigen untuk pasien Covid-19.

Namun, Gibran mampu turun tangan membantu mengimpor konsentrator oksigen itu berasal dari Singapura. Bahkan Pemkot Solo bisa membantu sejumlah kabupaten sekitar dengan mendistribusikan konsentrator oksigen.

Ning menjelaskan Dinas Kesehatan Kota Solo juga telah menyelesaikan roadmap dengan membangun puskesmas serta membangun puskesmas pembantu dalam 17 tahun terakhir. 

Pemkot Solo juga telah membangun RSUD Bung Karno Kota Solo, mengembangkan RSUD Ibu Fatmawati Kota Solo, dan akan membangun Rumah Sakit Kardiologi Emirates-Indonesia di Solo Technopark, Solo.

Menurut dia, Kota Solo dengan fasilitas layanan kesehatannya menjadi jujukan pasien dari Jateng dan Jatim. Selain itu, Kota Solo memiliki potensi medical tourism, hospital, maupun wellness.

“Solo gak punya sumber daya alam. Kami harus pandai mengemas pendapatan asli daerah, salah satunya rumah sakit. Saya dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mengembangkan medical tourism, hospital, maupun wellness,” jelas dia.

Menurut dia, mengembangkan medical tourism, hospital, maupun wellness  di Kota Solo masih menjadi PR. Perusahaan swasta maupun milik pemerintah harus bekerja sama. 

Gibran menjelaskan Ning sudah membantunya dalam mengembangkan RSUD Ibu Fatmawati Kota Solo. Ning juga membantu Gibran untuk mendapatkan hibah Rumah Sakit Kardiologi Emirates-Indonesia di Solo Technopark, Solo. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya