SOLOPOS.COM - Kegiatan lomba aerobic di Pendapa Pemkab di kompleks perkantoran di Kemiri, Mojosongo yang menjadi polemik di Sosmed (JIBI/Solopos/Istimewa/Facebook)

Kegiatan lomba aerobic di Pendapa Pemkab di kompleks perkantoran di Kemiri, Mojosongo yang menjadi polemik di Sosmed (JIBI/Solopos/Istimewa/Facebook)

Kegiatan lomba aerobic di Pendapa Pemkab di kompleks perkantoran di Kemiri, Mojosongo yang menjadi polemik di Sosmed (JIBI/Solopos/Istimewa/Facebook)

Solopos.com, BOYOLALI — Penyelenggaraan lomba senam massal bertajuk Boyolali Aerobic Open di Pendapa Kantor Bupati Boyolali, Kemiri, Kecamatan Mojosongo, Minggu (15/9/2013), belakangan menjadi polemik di dunia maya. Hal itu terkait kepatutan kostum peserta lomba yang mendapat pro dan kontra masyarakat.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Berdasarka penelusuran Solopos.com, Kamis (3/10/2013), sebuah unggahan foto beserta keterangan kegiatan lomba itu dihapus oleh admin sebuah grup Facebook. Sebab, ada yang berpendapat unggahan itu berbau unsur pornografi.

Meski telah dihapus, unggahan itu masih mendapat komentar. “Kalau itu termasuk pornografi, [saya sependapat] apa yang kita lakukan dapat kita lakukan. Telah kita lakukan untuk mencegah hal itu? Dan, saya termasuk orang yang hanya bersedih karena tidak bisa berbuat apa-apa, ini termasuk konspirasi orang atas yang menghancurkan norma kesopanan orang Jawa, khususnya Boyolali. Dan sayangnya, dilakukan di area pemerintahan, malah di pusat pemerintahan Boyolali, miris,” kata pemilik akun ‘Al Faqir Nr Widiyanto.

Sementara itu, pemilik akun Basuki Hadiwijaya mengatakan jika foto terkait kegiatan lomba aerobic itu dinilai porno mestinya ditindak lanjuti oleh pihak berwajib.

“Berarti kudune polisi bertindak, termasuk penyelenggara dan pesertane kudu diusut,” tukasnya.

Bahkan sejumlah komentar pro dan kontra disebut-sebut riskan memecah belah kerukunan warga Boyolali. Hal itu yang kemudian tersirat sebagai penyebab postingan gambar kegiatan lomba aerobic dihapus di sosmed.

Sebelumnya, lomba dengan peserta berkostum minim itu mendapat kritikan dari kalangan DPRD Boyolali. Anggota Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN) DPRD Boyolali, Sarbini, mengungkapkan berdasarkan informasi yang diterimanya dari masyarakat, tentang banyaknya peserta yang mengenakan pakaian minim saat mengikuti lomba senam massal tersebut.

Pihaknya menyayangkan bahkan mengecam hal itu, mengingat lokasi yang digunakan merupakan tempat terbuka.

Satu sisi, Sarbini menilai kegiatan itu telah mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab), termasuk juga respons positif dari DPRD.

“Tapi kalau peserta berpakaian minim seperti itu, terlebih ini di fasilitas milik pemerintah, di pendapa, yang menjadi simbol pemeritahan, ya sangat kami sesalkan. Apalagi acara itu disaksikan banyak kalangan, termasuk anak-anak, dari sisi moralnya, kami sangat menyayangkan bahkan mengecam keras,” tegas Sarbini.

Sekretaris Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Disdakmen) PDM Muhammadiyah Boyolali itu menuntut penyelenggara lomba bertanggung jawab atas kondisi tersebut. Pihaknya mengusulkan agar panitia atau penyelenggara dipanggil untuk dimintai pertanggungjawaban tersebut.

“Karena ini merupakan pelanggaran etika terhadap penggunaan ruang publik,” tandasnya.

Sayangnya, salah satu panitia penyelenggara lomba itu, Rita Puspitasari, belum mau berkomentar mengenai kritikan itu. ”No comment,” kata Rita saat ditemui Solopos.com, belum lama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya