Soloraya
Selasa, 13 Desember 2016 - 16:43 WIB

Kepribadian Berubah, Korban Perkosaan 4 Pemuda Wonogiri Butuh Pendampingan

Redaksi Solopos.com  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi razia (IstimewaJIBI/dok.)

Kepribadian siswi SMP yang menjadi korban perkosaan 4 pemuda di Wonogiri kini berubah.

Solopos.com, WONOGIRI — RA, 16, siswi kelas IX SMP asal Jatiroto, Wonogiri, yang menjadi korban perkosaan empat pemuda di hari ulang tahunnya, akhir September lalu, berubah kepribadiannya menjadi temperamental.

Advertisement

RA juga sering mengurung diri di kamar, kurang bersosialisasi. RA membutuhkan pendampingan intensif untuk mengatasi traumanya. Keluarganya khawatir kondisi RA menjadi lebih buruk lagi jika hal itu tak ditangani.

Bapak RA, Gy, 42, saat dihubungi Solopos.com, Selasa (13/12/2016), berharap ada pemerhati anak atau perempuan baik dari Wonogiri maupun luar Wonogiri yang bersedia mendampingi RA secara intesif untuk memulihkan kondisi psikologisnya tanpa dipungut biaya.

Advertisement

Bapak RA, Gy, 42, saat dihubungi Solopos.com, Selasa (13/12/2016), berharap ada pemerhati anak atau perempuan baik dari Wonogiri maupun luar Wonogiri yang bersedia mendampingi RA secara intesif untuk memulihkan kondisi psikologisnya tanpa dipungut biaya.

Menurut Gy, RA sebelumnya pernah diberi motivasi agar selalu semangat menjalani hari-harinya oleh aktivis pemerhati perempuan dari Sragen. Sekitar sebulan lalu ada juga pihak yang memberi bantuan.

Orang tersebut datang bersama pegawai kecamatan. Atas hal itu Gy berterima kasih. Selebihnya tidak ada pendampingan lagi. Baca juga: Pelaku Belum Tertangkap, Keluarga Korban Perkosaan 4 Pemuda di Wonogiri Resah

Advertisement

“Lingkungan kampung dan sekolahannya sebenarnya sudah bagus. Tidak ada yang membuat anak kami bersedih. Tapi entah kenapa RA malah jadi pemarah,” kata Gy.

Dia menceritakan peristiwa perkosaan telah mengubah hidup Gy. Dia menjadi susah makan. Sebelum kejadian Gy makan tiga hingga empat empat kali sehari. Kini dia makan hanya dua kali itu pun dengan porsi yang sedikit.

Akibatnya, berat badannya turun hingga 6 kg. Sebelum peristiwa pemerkosaan itu berat badan RA 59 kg. Melihat kondisi itu membuat orang tuanya khawatir setiap hari. Saat Gy menyuruh RA makan, anaknya itu justru marah-marah dan mengatakan dirinya tak perlu diatur karena sudah besar.

Advertisement

Kekhawatiran keluarga kian menjadi karena RA kini suka mengurung diri di kamar. Dia sekarang jarang bersosialisasi dengan teman atau warga dusun.

“Kalau berkumpul bersama keluarga dia sering melamun. Pikirannya seperti nggrambyang ke mana-mana. Kadang dia tiba-tiba menangis,” imbuh Gy yang sehari-hari bertani.

Selain itu, RA juga menjadi sering lupa salat. Dia harus diingatkan sudah waktunya salat. Kadang, orang tuanya terpaksa memaksanya salat ketika RA tak mau mengindahkan perintah. Padahal, sebelumnya RA sangat rajin salat tanpa diperintah orang tua. Bahkan, dia dulu rajin ke masjid.

Advertisement

Beberapa lama setelah kejadian Aliansi Peduli Perempuan Sukowati (APPS) Sragen sempat mendampingi RA. Namun, Koordinator APPS Sragen, Sugiarsi, mengatakan tidak dapat mendampingi RA secara intensif karena kendala jarak.

“Keluarga RA sudah saya pesan kalau memerlukan pendampingan agar menghubungi saya. Saya bisa memberi terapi melalui telepon,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif