Soloraya
Senin, 27 Februari 2023 - 16:57 WIB

Keracunan Massal di Boyolali, Makanan Bukan dari Katering tapi Diolah 5 Orang

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah warga Banaran, Boyolali, yang mengalami gejala keracunan memeriksakan diri ke kepada petugas Dinkes Boyolali di joglo RT 001/RW 003 Banaran, Boyolali, Senin (27/2/2023). (Solopos/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALIKeracunan massal dialami puluhan orang seusai menghadiri dan menyantap hidangan di acara hajatan warga Kelurahan Banaran, Kecamatan/Kabupaten Boyolali, Minggu (26/2/2023). Belakangan diketahui makanan yang disajikan dalam hajatan itu bukan dari katering.

Gejala keracunan tidak hanya dialami warga Banaran dan Karanggeneng yang menghadiri hajatan mantu di Banaran, tapi juga keluarga dan pengiring pengantin laki-laki dari wilayah Desa Candigatak, Cepogo.

Advertisement

Puluhan orang mengalami sakit pusing, mual, muntah, dan diare. Dari puluhan orang itu , sekitar lima orang dilarikan ke rumah sakit. Ketua RT 001 RW 003, Joko Apriyanto, menjelaskan makanan yang diolah pada hajatan manten salah satu warganya bukan dari katering.

“Itu [makanan] diolah sendiri, mengundang tim masak, jumlahnya lima orang,” ujarnya kepada Solopos.com, Senin (27/2/2023). Joko juga menjelaskan bahan makanan yang dipakai dalam hajatan diduga memicu keracunan massal di Banaran, Boyolali, juga dibeli sendiri oleh si empunya hajat.

Advertisement

“Itu [makanan] diolah sendiri, mengundang tim masak, jumlahnya lima orang,” ujarnya kepada Solopos.com, Senin (27/2/2023). Joko juga menjelaskan bahan makanan yang dipakai dalam hajatan diduga memicu keracunan massal di Banaran, Boyolali, juga dibeli sendiri oleh si empunya hajat.

Ia mengungkapkan warga yang memiliki gejala keracunan seperti mual dan diare sudah mendapatkan pemeriksaan gratis dari petugas Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali pada Senin (27/2/2023) di joglo RT 001/RW 003, Kismobudoyo, Banaran.

Ia menjelaskan warga yang datang memeriksa diri tak hanya warga RT 001 RW 003 Banaran, tapi ada tiga RT lainnya seperti RT 002 RW 003 Banaran, RT 007 RW 02 Banaran, dan RT 001 RW 002 Karanggeneng.

Advertisement

Joko mengungkapkan keluarga dari besan warganya di Cepogo, Boyolali juga mengalami sakit. Namun, telah mendapatkan pertolongan dari tim medis Puskesmas Cepogo.

Sampel Makanan Diuji Lab

Hal itu dibenarkan salah satu anggota tim medis dari Puskesmas Cepogo, dr Aisyah, yang mengungkapkan sejak pukul 10.30 WIB hingga pukul 12.00 WIB ada sekitar 10 orang yang datang ke Balai Desa Candigatak untuk memeriksakan diri diduga karena keracunan seusai menghadiri hajatan di Banaran, Boyolali.

Dari 10 orang yang datang, jelas dia, ada tiga orang anak yang datang. Rata-rata, warga yang makan nasi dipastikan sakit. “Rata-rata keluhannya diare sama perutnya panas. Rata-rata mereka mulai gejalanya sore,” ujar dia.

Advertisement

Ia menjelaskan ada yang dilarikan ke rumah sakit yaitu anak dari Kepala Desa Candigatak, akan tetapi hanya rawat jalan. Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, puluhan warga juga telah diperiksa bidan swasta di desa setempat, Tuti Sri Haryanti, pada Minggu (26/2/2023) malam.

Saat disambangi di tempat praktiknya, Tuti mengungkapkan pada Minggu malam ia menangani sekitar 20 warga. “Semalam saya diundang ke tempatnya Bu Lurah, sekitar 20 yang sakit itu gejalanya diare, muntah, perutnya terasa melilit,” jelasnya.

Tuti menjelaskan rata-rata pasien mulai merasakan sakit setelah Magrib. Selanjutnya, ia mengungkapkan ada dua orang yang dilarikan ke rumah sakit yaitu anak terakhir dari Kades Candigatak dan cucu dari pemilik hajatan. “Sebelum saya ke sana, mereka sudah dilarikan ke rumah sakit,” kata dia.

Advertisement

Kasi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Boyolali, Endi Aris, mengungkapkan selain memberikan pengobatan gratis, Dinkes juga menginvestigasi penyebab keracunan massal. Semua sampel makanan dari lokasi hajatan seperti daging terik, sambal goreng ati, sup, snack roti, mete, es krim, dan air mineral diambil untuk dites di laboratorium.

“Sampelnya kami bawa ke Balai Kesehatan Laboratorium dan Pengujian Alat Kesehatan Dinkes Provinsi Jawa Tengah. Untuk hasilnya sekitar satu pekan,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif