SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Guntur Subiyantoro, menunjukkan hasil pemeriksaan cokelat batangan dari Balai Laboratorium Kesehatan Dinas Kesehatan Jateng di kantornya, Selasa (17/2/2015). (Bayu Jatmiko Adi/JIBI/Solopos)

Keracunan Sukoharjo yang terjadi beberapa waktu lalu diduga terjadi akibat memakan cokelat batangan.

Solopos.com, SUKOHARJO Cokelat batangan yang diduga menjadi sumber keracunan 10 siswa kelas III SDN Trangsan 01, Gatak, Sukoharjo, mengandung bakteri dan jamur yang tak baik bagi tubuh. Hal itu berdasar hasil pemeriksaan Balai Labotorium Kesehatan Dinas Kesehatan Jateng.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Guntur Subiyantoro, saat ditemui wartawan di kantornya, Selasa (17/2/2015), menginformasikan hasil pemeriksaan diterima pada Senin (16/22015).

Sebelumnya DKK mengirim sampel cokelat batangan yang diduga dikonsumsi 10 siswa yang keracunan dan muntahan dari salah satu siswa. Berdasar hasil pemeriksaan tersebut diketahui cokelat batangan itu mengandung bakteri staphylococcus aerus, staphylococcus epidermis, klebsiella pneumoniae, bacillus brevis, ragi/jamur rhyzopus sp, khamir/ragi yeast cell.

Guntur menuturkan bakteri tidak dapat mengakibatkan reaksi tubuh secara spontan. Reaksi tubuh akibat bakteri akan muncul biasanya setelah sehari hingga dua hari setelah dikonsumsi. Sedangkan para siswa keracunan dua jam setelah mengonsumsi cokelat tersebut. Artinya, kata dia, reaksi tubuh para siswa spontan.

Atas kondisi tersebut Guntur menduga kandungan yang dapat menyebabkan siswa keracunan adalah jamur rhizopus dan ragi yeast cell. Dia menjelaskan jamur yang tumbuh di makanan, terlebih makanan kadaluwarsa, berdampak buruk bagi tubuh manusia. Dampak paling kentara menyebabkan pusing dan muntah-muntah.

“Seharusnya rhizopus dan yeast cell negatif di makanan. Jadi, kalau makanan positif dua kandungan itu berarti makanan tersebut kemungkinan kedaluwarsa,” kata Guntur.

Dia melanjutkan hasil pemeriksaan tersebut akan dikirimkan ke Dinas Pendidikan (Disdik) dan Polres Sukoharjo untuk ditindaklanjuti. Dia mengimbau kepada sekolah-sekolah agar memperhatikan makanan yang dijual pedagang untuk siswa. Menurut dia salah satu indikator sekolah sehat adalah sekolah yang memiliki kantin sendiri. Dengan begitu makanan yang dijual dapat dikontrol setiap saat. Pihak sekolah juga dapat mengetahui menyeleksi makanan apa saja yang dapat dikonsumsi murid dan yang berbahaya bagi anak didik.

“Ini bisa menjadi pelajaran bagi sekolah-sekolah,” ucap Guntur.

Kasatreskrim Polres Sukoharjo, Iptu Fran Dalanta Kembaren, saat dimintai konfirmasi Solopos.com masih menunggu hasil pemeriksaan tersebut. Apabila sudah diterima pihaknya akan mempelajari terlebih dahulu untuk menentukan langkah selanjutnya.

“Kalau belum menganalisis hasil lab [laboratrium] kami belum bisa menyimpulkan,” terang Fran mewakili Kapolres, AKBP Andy Rifai.

Seperti diketahui, 10 siswa kelas III SDN Trangsan 01, Gatak, keracunan diduga akibat mengonsumsi cokelat batangan yang mereka beli di luar sekolahan, Rabu (4/2/2015) lalu. Mereka dirawat di puskesmas setempat.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya