Soloraya
Kamis, 7 April 2022 - 12:59 WIB

Kerajaan Pengging Boyolali, Penghubung Majapahit dan Mataram Islam

Yesaya Wisnu  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Turunnya status zona risiko dari level 3 ke level 2 PPKM di Boyolali sejumlah objek wisata Kembali dibuka, salah satunya Umbul Pengging. (Solopos/Cahyadi Kurniawan)

Solopos.com, BOYOLALI — Kerajaan Pengging di Boyolali, Jawa Tengah, diyakini sebagai penyambung Kerajaan Majapahit hingga Kesultanan Mataram Islam. Hal ini dapat ditemukan dengan melihat silsilah keluarga kerajaan yang ditemukan di makam Pengging Sepuh atau yang dikenal dengan Sri Mangkurung Handayaningrat (Ki Ageng Pengging). Makam ini berlokasi di Dusun Malangan, Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali.

Berdasarkan pantauan Solopos.com di kanal Youtube, Kamis (7/4/2022), kompleks permakaman keramat tersebut memiliki lima makam yang terdiri dari makam Sri Mangkurung Handyaningrat atau Pengging Sepuh (Ki Ageng Pengging), kemudian Retno Pembanyong, putri Raja Majapahit, Brawijaya V, yang diperistri oleh Ki Ageng Pengging, lalu ada makam ketiga anaknya, salah satunya Kebo Amiluhur.

Advertisement

Sebelum bergelar Ki Ageng Pengging dan berkuasa di Kerajaan Pengging, dia dulunya bernama Joko Sengoro, penguasa daerah Semanggi yang kini masuk dalam Kecamatan Pasar Kliwon, Solo. Daerah Semanggi ini dulu juga bagian dari Kerajaan Majapahit.

Baca juga: Pemkab Sragen Lirik 3 Desa Ini untuk Menunjang Wisata New Kemukus

Advertisement

Baca juga: Pemkab Sragen Lirik 3 Desa Ini untuk Menunjang Wisata New Kemukus

Penguasa Pengging

Dia dipindahkan ke Kerajaan Pengging setelah berhasil membantu Kerajaan Majapahit dalam menumpas pemberontakan di Banyuwangi. Saat  dipindah ke Kerajaan Pengging inilah, dia mendapatkan gelar Sri Mangkurung Handayaningrat dan mendapatkan restu dari Brawijaya V untuk mempersunting putrinya, Retno Pembayung.

Dari pernikahannya dengan Retno Pembayung, Ki Ageng Pengging memiliki tiga orang putra, yaitu Kebo Kenongo, Kebo Kanigoro, dan Kebo Amiluhur. Dari ketiga putra tersebut, Kebo Kenongo lah yang meneruskan tahta sang ayah dengan mendapatkan gelar yang sama. Dari sisi Kebo Kenongo, dia memiliki putra bernama Mas Karebet yang juga dikenal  sebagai Joko Tingkir.

Advertisement

Baca juga: Cemceman Sampah Popok, Waduk Gajah Mungkur Wonogiri Sumber Air Minum?

Joko Tingkir

Karena kedudukannya sebagai penguasa Kerajaan Pajang, Sultan Hadiwijaya memindahkan pusat kekuasaan Jawa dari Demak ke Pajang. Keruntuhan Kesultanan Demak merupakan hasil balas dendam Sultan Hadiwijaya karena mengingat, ayahnya , yaitu Kebo Kenongo yang bergelar Ki Pengging Sepuh dieksekusi mati oleh Kesultanan Demak atas dasar pemberontakan.

Singkatnya, dengan menjadi penguasa Kerajaan Pajang, Sultan Hadiwijaya menjadi cikal bakal berdirinya trah Kesultanan Mataram Islam, Kerajaan Islam terakhir di Jawa, di mana salah satu penerusnya yang juga anak angkatnya, Ki Ageng Pamanahan, menurunkan Panembahan Senopati, yang mendirikan Kesultanan Mataram Islam.

Advertisement

Hingga saat ini, makam Ki Ageng Pengging, penguasa Kerajaan Pengging Boyolali menjadi makam yang dihormati dan bahkan menjadi tempat keramat bagi para peziarah yang selalu datang setiap Jumat Pahing dan Selasa Kliwon (penanggalan Jawa).

Baca juga: Ini Masjid di Solo Yang Sediakan Menu Takjil dan Buka Puasa Bersama

Berdasarkan juru kunci atau kuncen setempat, Mbah Narto Muji mengatakan bahwa para peziarah yang datang ke kompleks makam keluarga Ki Ageng Pengging ini selalu menghaturkan doa dan permohonan agar keinginan dan kelancara dalam usaha dan pekerjaan terpenuhi.

Advertisement

Diperkirakan area kekuasaan Kerajaan Pengging saat itu adalah wilayah di antara Solo dan Yogya dengan pusat pemerintahannya berada di Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Di kawasan ini terdapat tempat pemandian yang pada zaman Kesultanan Mataram Islam dipergunakan sebagai tempat ritual keluarga kerajaan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif