SOLOPOS.COM - Pendukung Persis Solo menyalakan flare untuk memberikan dukungan saat tim tuan rumah menghadapi Persita Tangerang pada pertandingan Grup A Piala Presiden 2022 di Stadion Manahan, Solo, Senin (27/6/2022). (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/rwa)

Solopos.com, SOLO — Fenomena perseteruan antar kelompok suporter sepak bola masih menjadi pekerjaan rumah (PR) besar di Tanah Air, tidak terkecuali di Kota Solo. Serangkaian gesekan fisik antar suporter itu membuat sejumlah kalangan dirugikan dan merasa geram.

Kondisi itu memantik wacana agar dilakukan pertarungan terbuka atau open fight secara perwakilan antarkelompok suporter yang berseteru. Dengan begitu diharapkan energi berlebih anak-anak muda tersebut tidak disalurkan secara membabi buta di lapangan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Melainkan bisa disalurkan secara sehat dan sportif di arena yang diatur dengan sederet aturan main atau regulasi. Kapolresta Solo, Kombes Pol Iwan Saktiadi, saat diwawancara wartawan, Selasa (4/7/2023), memberikan tanggapan atau pernyataannya.

“Siapa yang akan menginisiasi? Kalau dalam konteks olahraga, atau pertandingan, tidak ada yang salah. Tapi kalau open fight itu hanya untuk mencari siapa yang lebih unggul, menurut saya itu tidak lah tepat. Artinya seharusnya tidak terjadi,” ungkap dia.

Iwan mengatakan para suporter itu walaupun berasal dari elemen atau kelompok yang berbeda, tetap mendukung tim yang sama. Artinya mereka mempunyai kebanggaan dan harapan yang sama, yaitu klub atau tim sepak bola yang mereka dukung itu.

“Mereka kan mendukung tim yang sama, dengan kebanggaan yang sama, harapan sama, kemudian terjadi friksi, dan mereka kemudian saling berkelahi. Atau karena mungkin ada hal-hal kecil yang menurut mereka ada ketersinggungan, berkelahi,” urai dia.

Iwan juga mempertanyakan konteks dari sebuah open fight antarsuporter sepakbola, bila memang akan dilakukan. “Mereka mendukung tim yang sama, lalu kebanggaan masing-masing elemen yang menggangu mereka. Ini bukan hal signifikan,” tandas dia.

Iwan menggarisbawahi, bila ada yang mewacanakan untuk digelar open fight antar elemen suporter, dan bukan dalam konteks olah raga, hal itu termasuk pelanggaran hukum. Hal itu tentu saja mempunyai konsekuensi hukum yang harus ditanggung.

“Artinya bila ada yang mewacanakan open fight, dalam tanda kutip bukan dalam kapasitas olahraga ya tentunya ada klausul hukum pidana yang dilanggar. Itu kan tidak ada bedanya dengan tawuran. Kecuali diwadahi dalam sebuah kejuaraan,” imbuh dia.

Namun bila open fight dilakukan dalam konteks kejuaraan olah raga, menurut Iwan, hal itu merupakan hal yang positif. “Bila memperebutkan sebuah gelar kejuaraan enggak ada masalah. Itu hal yang bagus, positif,” sambung Iwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya