Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Kedatangan rombongan komisi X DPR RI ke Keraton Kasunanan Surakarta tersebut dalam rangka melihat secara langsung kondisi Keraton pascarekonsiliasi dua raja kembar. Mereka disambut oleh kubu GKR Wandansari di komplek Sasana Sewaka. Dalam pertemuan tersebut, para wakil rakyat yang membidangi pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian, dan kebudayaan tersebut sama sekali tak bertemu dengan pimpinan Keraton, yakni PB XIII Hangabehi maupun Mahapatihnya, Tedjowulan di dalam Keraton. “Mungkin, masih canggung ya pascarekonsiliasi. Tapi, kami bisa memaklumi,” kata salah satu anggota DPR, Utut Adianto kepada wartawan.
Sementara itu, menantu PB XII, Eddy Wirabhumi menjelaskan bahwa pihaknya mengaku telah memberitahu Hangabehi atas kedatangan rombongan komisi X. Namun, kata Eddy, Hangabehi telah pergi keluar kota bersama keluarganya. “Ke Gunung Salak apa ke mana gitu,” katanya singkat.
Utut menyebut kunjungan ke Keraton tersebut sebagai kunjungan spesifik. Sebab, sejak ditandatangani rekonsiliasi dua raja di gedung Senayan hampir sebulan lalu, pihaknya baru kali itu melihat secara langsung ke dalam Keraton. “Sekarang kan sudah rekonsiliasi. Harapannya, keraton ke depan memang harus maju seperti di Eropa itu,” jelasnya. Meski telah disiapkan anggaran, namun Utut enggan menyebut nominal secara persis untuk proyek revitaliasi Keraton itu. “Kami belum mengarah kepada nominal. Namun, prinsip kami sangat mendukung program revitalisasi ini,” terangnya.
Dalam kunjungan itu, menantu PB XII, KP Eddy Wirabhumi memaparkan grand desain Keraton ke depannya. Dalam pemaparannya itu, Eddy menjelaskan bahwa Keraton Surakarta tak hanya direvitalisasi fisiknya semata. Namun, juga bakal membangun kapasitas sumber daya manusia (SDM) serta manajemennya. “Jadi, ada semacam sertifikasi. Sehingga, keahlian para abdi dalem tak hanya dihargai Rp80.000/ bulan,” jelasnya.
Mengacu rencana revitalisasi yang disusun tiga tahun silam, kata Edy, Keraton membutuhkan anggaran sedikitnya Rp75 miliar. Meski demikian, Eddy tak ingin rencana tersebut hanya sekadar meminta kepada pemerintah sepanjang waktu. “Negara ini sudah banyak urusannya, jadi bukan lagi hanya ngurus Keraton. Keraton ke depan harus mandiri,” paparnya.
Seusai mengunjungi Keraton dan melihat-lihat kondisi bangunannya, rombongan Komisi X menemui Tedjowulan dan kerabatnya di penginapan Roemahku, Laweyan. Dalam pertemuan itu, Komisi X justru menerima banyak masukan yang bertolak belakang dengan informasi sebelumnya. Namun, karena waktu yang mepet dan mereka harus segera kembali ke Jakarta, mereka pun tak sempat berdialog satu persatu dengan kerabat Tedjowulan. “Kami berharap, para anggota dewan ini menemui dan meminta informasi langsung kepada Sinuhun Hangabehi. Jangan dengan adik-adiknya yang mengusai Keraton saat ini,” kata Tedjowulan.
Hingga saat ini, kata Tedjowulan, pihaknya juga masih belum tahu kapan bisa memulai bekerja di dalam Keraton. Sebab, adik-adik Hangbehi di dalam Keraton hingga kini masih kuat. “Keraton masih tertutup untuk kami. Setiap harinya, banyak anggota pencak silat yang terus berada di dalam Keraton,” sambungnya.