SOLOPOS.COM - Tempat penyimpanan meriam Nyai Setomi di Sitihinggil Kompleks Keraton Solo. (Dok Solopos)

Solopos.com, SOLOKeraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat memiliki sejumlah meriam pusaka di mana satu di antaranya dianggap paling keramat. Meriam yang paling dikeramatkan itu adalah meriam Nyai Setomi.

Berdasarkan catatan Solo Societeit, komunitas pencinta sejarah Solo, ada sembilan meriam yang mengelilingi Kompleks Sitihinggil Keraton. Dari sembilan meriam pusaka itu, ada satu meriam yang paling dikeramatkan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Meriam itu tidak boleh ditampilkan ke publik karena disakralkan. “Yang boleh ditampilkan ke publik delapan meriam dari sembilan meriam di Sitihinggil. Kalau Nyai Setomi tidak boleh,” terang Ketua Solo Societeit, Dani Saptoni, saat tur Bahureksa Surakarta di kompleks Keraton Solo, Sabtu (20/8/2022) sore.

Meriam Pusaka Nyai Setomi ditempatkan di Bangsal Manguneng yang dikelilingi kaca transparan serta diberi tirai. “Tidak setiap orang bisa masuk Bangsal Manguneng. Hanya Raja dan juru kunci yang ditunjuk Raja untuk njamasi Nyai Setomi yang bisa masuk,” sambungnya.

Dani mengatakan ada banyak cerita yang melekat terkait Meriam Nyai Setomi. Salah satunya kisah yang menyebutkan meriam itu bisa menangis. Penyebab Nyai Setomi menangis karena terpisah dengan pasangannya yang sekarang berada di depan Museum Fatahillah Jakarta.

Baca Juga: Inilah Kiai Guntur Geni, Pusaka Keraton Solo yang Dentumannya Getarkan Nyali

Buatan Portugis

“Orang Jawa menyebutnya Meriam Nyai Setomi dan Meriam Kiai Setomo. Itu pada waktu Sultan Agung menyerang Batavia, dua meriam tersebut dibawa. Tapi karena kalah perang, satu meriamnya tertinggal di Jakarta. Sekarang orang menyebutya meriam Si Jagur,” urainya.

Dani menjelaskan sembilan meriam pusaka di sekitar Kompleks Sitihinggil Keraton Solo merupakan buatan Portugis. Meriam-meriam itu bisa dimiliki Sultan Agung sebagai Raja Mataram kala itu diduga karena terkait pemberian izin dagang kepada rombongan dari Portugis.

Di tangan Sultan Agung, Dani melanjutkan sembilan meriam itu digunakan untuk perang. Setelah berpindah-pindah lokasi, akhirnya meriam-meriam itu tiba di Keraton Solo. Ihwal keberadaan sembilan meriam itu menurutnya mempunyai makna filosofi.

Baca Juga: Keraton Solo Pernah Punya Tradisi ala Gladiator Lho, Namanya Rampogan Macan

“Sembilan meriam di Sitihinggil adalah simbol dalam konsep Jawa sembilan lubang hidup atau babahan hawa sanga. Sedangkan Nyai Setomi adalah simbol dari kehormatan yang harus dijaga, yaitu kehormatan wanita. Konsep wanita yang mengubah sejarah,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya