SOLOPOS.COM - Festival Layang-Layang di Desa Dukuh Kecamatan Banyudono, Minggu (28/8/2022). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI–Acara Festival Layang-layang di gelar di area persawahan Desa Dukuh Kecamatan Banyudono, Boyolali, pada Minggu (28/8/2022).

Kepala Desa Dukuh, Sri Sadono, mengatakan Festival Layang-layang sudah digelar kedua kalinya untuk memeriahkan HUT RI.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Kali pertama pada 2019, namun dulu masih tingkat lokal. Ternyata respons dari masyarakat bagus dan sempat viral. jadi ini ditindaklanjuti untuk pesertanya dari masyarakat umum, ternyata terbukti antusiasme masyarakat tinggi, ada yang dari luar kota bahkan luar provinsi,” imbu dia.

Hampir 120 peserta yang berasal dari berbagai daerah ikut meramaikan festival ini. Selain masyarakat lokal, peserta yang mengikuti festival ini ada yang berasal dari Purwodadi, Madiun, Klaten, Sragen, Jogja, dan lainnya.

Layang-layang mulai diterbangkan pukul 14.00 WIB hingga 17.00 WIB.

Sri Sadono menjelaskan acara tersebut bukanlah suatu perlombaan. “Meski ada juara favorit, tapi tidak ada juara I atau II, kami lebih pada memberikan apresiasi pada kreativitas peserta yang ikut menerbangkan layang-layang,” jelas dia.

Jenis layang-layang yang diterbangkan di antaranya ada yang bapangan dan ada yang variasi. “Yang variasi bentuknya seperti burung garuda, burung rajawali, kalau yang bentuknya lebar itu bentuknya bapangan, dan ada enam naga,” ucap dia.

Enam naga yang diterbangkan berasal dari lokal Boyolali, Purwodadi, Klaten, Sragen, dan yang paling panjang berasal dari Madiun. Dengan panjang 60 meter.

Selain memeriahkan HUT RI, acara tersebut juga diagendakan untuk memberikan ruang kepada UMKM pengrajin layang-layang di Desa Dukuh.

“UMKM di desa kami, pengrajin layangan itu yang diwadahi dari BUMDes. Itu untuk dikembangkan menjadi kreativitas warga dan diangkat menjadi UMKM.

Desa Dukuh mengembangkan kreativitas warga yang membuat layangan melalui UMKM yang dikelola BUMDes. Hal itu mendapat apresiasi dari Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwsata (Disporapar) dan Dinas Koperasi Boyolali dalam mengembangkan kreativitas pengrajin layang-layang.

“Dulu cuma sebagai iseng, karena sekarang ada UMKM bisa menjadi pemasukan bagi pengrajin layang-layang,” jelascdia.

Ciri khas UMKM layang-layang dari Banyudono adalah layangan bapangan. Terdapat dua jenis bapangan yang diproduksi, yakni bapangan yang dimainkan di siang hari dan malam hari. Perbedaannya, layangan bapangan malam hari ada lampu hiasan.

Camat Banyudono, Jarot Purnomo, mengatakan banyak hal yang bisa digali dari Desa Dukuh untuk potensi wisata. Ia berharap event ini bisa menjadi agenda tahunan.

“Agenda tahunan yang bisa menarik tidak hanya peserta dari wilayah Boyolali, tapi juga luar daerah. Sehingga bisa memberikan dampak positif, fermasuk para pengrajin layangan yang ada di Desa Dukuh,” papar dia.

Adanya festival tersebut diharapkan bisa mendukung dan meningkatkan kreativitas produk UMKM pengrajin layang-layang di Desa Dukuh. “Jelas ini menjadi contoh bagi daerah lain, meski tidak harus mengadakan festival layang-layang, tapi masyarakat bisa berkreasi untuk mengembangkan potensi di wilayah masing-masing,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya