SOLOPOS.COM - Komunitas Tuli Boyolali tampil menyanyikan lagu Indonesia Raya menggunakan Bahasa Isyarat Indonesia di karnaval Dukuh Plosokerep, Desa Winong, Kecamatan/Kabupaten Boyolali, Minggu (27/8/2023). (Istimewa)

Solopos.com, BOYOLALIKomunitas Tuli Boyolali (Komtuboy) menampilkan pertunjukan keren dan membanggakan dengan menyanyikan lagi kebangsaan Indonesia Raya dalam Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo).

Aksi itu dipertunjukkan kepada warga Dukuh Plosokerep, Desa Winong, Kecamatan/Kabupaten Boyolali, Minggu (27/8/2023) siang. Ada 11 orang yang tampil menyanyikan lagu kebangsaan tersebut.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Sepuluh orang di antaranya memakai kostum wayang seperti Bagong dan Srikandi. Sedangkan satu orang berdiri di depan dengan pakaian serbahitam. Mereka kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya di hadapan warga.

Tidak ada suara yang keluar, hanya gerakan isyarat tangan. Sepuluh orang berpakaian kostum wayang tersebut merupakan anggota dari Komunitas Tuli Boyolali dan satu orang lainnya dari Teman Dengar (Tender) Komtuboy.

Seusai menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan isyarat tangan, mereka kemudian menampilkan tarian kreasi untuk menghibur masyarakat. Ketua Komtuboy, Aryanto, mengatakan kegiatan tersebut untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Kemerdekaan RI.

Tanpa ada jasa para pahlawan, menurutnya, Indonesia tidak akan merdeka. Nasib tuli juga tidak akan bisa seperti sekarang ini yang bisa menempuh pendidikan formal.

Lebih lanjut, Ary mengungkapkan latihan kreasi tari telah dilaksanakan selama satu bulan tiap dua pekan sekali. Pelatihnya adalah dari anggota Komunitas Tuli Boyolali yang menjadi mahasiswa tari di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta.

“Untuk latihan lagu Indonesia Raya yang bersama-sama sekitar satu kali,” katanya yang dialihbahasakan oleh Juru Bahasa Isyarat (JBI), Sarwo, Senin (28/8/2023).

Ia mengatakan tujuan anggota Komtuboy menyanyikan lagu Indonesia Raya dalam bahasa isyarat adalah untuk memperkenalkan bahasa isyarat kepada masyarakat. Ketika masyarakat mulai tertarik dengan bahasa isyarat, akan muncul kemauan untuk belajar Bisindo.

Kesetaraan Tuli dan Dengar

Selain itu, Ary mengatakan ingin memperkenalkan bahwa ada komunitas tuli di Boyolali. Dipilihnya Dukuh Plosokerep menjadi lokasi memperkenalkan Komtuboy dan Bisindo, lanjut dia, karena komunitasnya sering berkegiatan di rumah salah satu sukarelawan anggota Tender Komtuboy di Plosokerep.

“Kami ada kegiatan kelas mengaji di rumah Malika [salah satu sukarelawan] setiap dua pekan sekali. Kebetulan di Plosokerep mengadakan karnaval, kami juga sekalian diikutkan Malika untuk karnaval,” jelas dia.

Ia mengatakan beberapa personel juga berdandan dengan make up bagong. Tujuannya adalah agar menarik minat masyarakat untuk memperhatikan mereka.

Sementara itu, sukarelawan Tender Komtuboy, Malika, mengatakan ia memang ingin Komunitas Tuli Boyolali bisa tampil di tengah masyarakat. Menurutnya, kesetaraan antara tuli dan dengar dapat dicapai asalkan diberikan kesempatan dan akses.

“Saya berharap kesempatan yang setara untuk tuli tidak hanya berhenti di sini. Mereka pada dasarnya sama dengan kita semua, hanya cara berkomunikasinya yang beda. Seperti orang Inggris punya bahasa Inggris, mereka punya bahasa isyarat. Tinggal mau tidak kita semua belajar,” kata dia.

Terpisah, Ketua Panitia HUT ke-78 RI di Plosokerep, Ajie Rachman Hakim, mengatakan ada sekitar 13 kelompok yang mengikuti kegiatan perayaan HUT ke-78 RI kampungnya. Salah satunya adalah dari Komtuboy.

Ajie mengaku terharu dan bangga saat melihat penampilan pada anggota Komtuboy di depan masyarakat Plosokerep. Terlebih, ia menilai para anggota Komunitas Tuli Boyolali terlihat sangat percaya diri.

Ia berharap dengan keikutsertaan Komtuboy di acara kampungnya dapat memberikan dampak positif serta memberikan wawasan kepada masyarakat terkait Komtuboy. Bahkan, bisa menyarankan saudara mereka yang tuli untuk bergabung ke Komtuboy.

“Sebelumnya saya sudah tahu terkait bahasa isyarat, tapi hanya sebatas tahu. Untuk memahaminya belum bisa, dengan keikutsertaan Komunitas Tuli Boyolali, saya berharap warga menjadi bisa lebih mengenal,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya