SOLOPOS.COM - Nurul Hidayah dan Ratih Erlita, Siswa kelas XII jurusan farmasi SMK Muhammadiyah Delanggu menunjukkan hasil olahan buah pace, akhir pekan lalu. (Taufiq Sidik Prakoso/JIBI/SOLOPOS)

SMK Muhammadiyah Delanggu Klaten olah pace jadi permen.

Solopos.com, KLATEN—Siswa-siswa SMK Muhammadiyah Delanggu Klaten menunjukkan keahliannya dengan membuat olahan berbahan dasar buah pace atau mengkudu. Buah yang punya bau menyengat itu pun disulap menjadi permen, kerupuk hingga serbuk minuman.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Permen bertekstur kenyal itu memiliki rasa manis beradu dengan hangatnya jahe ketika kali pertama masuk ke mulut. Setelah beberapa kali dikunyah, aroma pace atau mengkudu langsung keluar. Tak ada campuran bahan sintetis. Permen dibuat menggunakan bahan alami seperti gula murni serta kunyit yang memunculkan warna kuning. (baca: BIAYA PENDIDIKAN KLATEN : Biaya Operasional SMK Negeri di Klaten Digratiskan)

Selain permen, sari pace juga dimanfaatkan untuk membuat serbuk instan. Ampas pace dibuat menjadi kerupuk. Sementara, biji pace diolah menjadi serbuk minuman. Alhasil, tak ada bagian buah pace yang tak termanfaatkan.

Ide mengolah pace menjadi beragam jenis bahan dan makanan itu muncul dari guru SMK yang beralamat di Desa Sabrang, Kecamatan Delanggu. Kesuksesan mengolah buah pace itu membawa sekolah setempat yang diwakili dua siswa dari kelas farmasi meraih juara II kategori business plan Olympic Ahmad Dahlan (OlympicAD) nasional di Lampung pada Oktober 2017.

Sebelumnya, SMK Muhammadiyah Delanggu meraih juara III pada OlympicAD tingkat Provinsi Jawa Tengah. Dua siswa yang maju dalam perlombaan itu, yakni Nurul Hidayah dan Ratih Erlita. Keduanya merupakan siswa kelas XII jurusan farmasi.

Melimpahnya bahan baku serta kaya manfaat menjadi alasan guru dan siswa SMK setempat mengolahnya menjadi berbagai bahan makanan dan minuman.

“Pace itu melimpah dan jarang digunakan. Padahal manfaatnya besar sekali untuk kesehatan. Salah satunya bisa menjadi bahan antioksidan yang sangat diperlukan bagi tubuh,” kata Nurul saat berbincang dengan Solopos di SMK Muhammadiyah Delanggu, pekan lalu.

Tekstur buah yang lembat serta berbau menyengat saat matang membuat Nurul dan Ratih beserta teman satu kelasnya jijik. Namun, perasaan jijik seketika sirna ketika mereka sukses mengolah buah tersebut.

“Ternyata itu semakin menjijikkan semakin bermanfaat,” tutur Nurul.

Awalnya, siswa dan guru hanya ingin mengolah pace menjadi serbuk instan sebagai bahan minuman kesehatan. Setelah ada sisa bahan dari hasil olahan, mereka pun coba-coba mengolah menjadi bahan lainnya hingga tak ada yang terbuang.

Guru pendamping dari kelas Farmasi, Dhina Nurul Rezeki, menuturkan saat ini hasil olahan pace tersebut masih proses perizinan melalui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sebelum dipasarkan. Meski masih proses perizinan, olahan buah pace itu sudah dibanjiri peminat.

“Sudah banyak yang berminat apalagi dari kalangan Muhammadiyah. Beberapa kali acara kami coba sampaikan hasil olahan pace siswa kami. Ternyata banyak yang ingin membeli seperti hasil olahan menjadi kerupuk,” ungkapnya.

Dhina menjelaskan tak hanya pace. Siswa SMK setempat juga mengembangkan bahan herbal lainnya menjadi aneka bahan makanan, minuman, atau obat-obatan.

“Sekarang itu orang lebih suka kembali ke alam. Selain pace, kami mengembangkan ke bahan lainnya seperti daun talok atau binahong,” katanya.

Kepala SMK Muhammadiyah Delanggu, Nasrodin, mengatakan untuk sementara hasil olahan buah pace belum bisa dipasarkan.

“Kami tunggu dulu proses perizinan dari BPOM. Setelah ada izin, kami baru bisa memasarkan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya